Rabu 24 Jul 2019 13:00 WIB

Rintisan Ilmuwan Muslim dalam Bidang Falak

Observatorium astronomi di Maraghah merupakan rintisan yang dimulai Ilmuwan Muslim.

 Sisa kemegahan Observatorium Ulugh Beg
Foto: en.wikipedia.org
Sisa kemegahan Observatorium Ulugh Beg

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai bangsa pengembala, orang-orang Arab Jahiliyah membutuhkan rumput yang segar untuk memberi makan gembalaan mereka. Dan untuk mengetahui di mana letak tanah yang telah dituruni hujan, mereka mencatat perputaran musim. Hal ini menjadikan orang-orang Arab menyimpan perhatian yang besar terhadap ilmu astronomi.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad Ali al-Ma’la di dalam bukunya Atsarul ‘Ulama’il Muslimin Fil Hadlarah Al-Auribuah. Orang-orang senang menyaksikan keindahan bintang gemintang. Dia menyaksikan geraknya kemudian meneliti pertambahan dan kurangnya bulan hari demi hari. Selanjutnya bulan demi bulan dia menyaksikan miringnya matahari.

Maka mereka pun membuat petunjuk-petunjuk dari matahari, bulan, dan bintang, untuk menghitung hari dan bulan, musim dan tahun, tanda-tanda waktu mengembara berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Pada 1259 M, sejumlah astronom Muslim yang dipimpin Nasiruddin Muhammad at-Tusi berhasil membangun observatorium astronomi di Maraghah.

Observatorium itu dilengkapi perpustakaan dengan koleksi buku mencapai 400 ribu judul. Observatorium Maraghah juga telah melahirkan sejumlah astronom terkemuka, salah satunya seperti Qutubuddin asy- Syirazi. Kevin Krisciunas adalah ahli astronomi Barat yang dalam tulisannya berjudul The Legacy of Ulugh Beik mengungkapkan, observatorium termegah yang dibangun sarjana Muslim adalah Ulugh Beik.

Observatorium itu dibangun seorang penguasa keturunan Mongol yang bertahta di Samarkand bernama Muhammad Taragai Ulugh Beik (1393-1449). Ketertarikan Ulugh Beik dalam astronomi bemula ketika dia mengunjungi Observatorium Maraghah yang dibangun oleh at-Tusi. Walaupun geliat pengkajian astronomi di Samarkand mulai berlangsung pada tahun 1201. Namun, aktivitas astronomi yang sesungguhnya di wilayah kekuasaan Ulugh Beik mulai terjadi pada 1408 M.

Observatorium Ulugh Beik ini beroperasi selama 50 tahun. Namun, setelah Ulugh Beik meninggal dunia, obeservatorium itu pun mengalami kehancuran. Sejumlah astronom telah lahir dari lembaga itu yakni, Giyath al-Din Jamshid al-Kushy, Qadizada al-Rumy dan Ali ibn Muhammad al-Qashji. Observatorium milik Islam yang terakhir dibangun di Istanbul tahun 1577, di zaman kekuasaan Sultan Murad III (1574-1595), didirikan Taqi al-Din Muhammad ibn Ma’ruf al- Rashyd al-Dimashqiy. 

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement