REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Risyan Nurhakim
Anas bin Malik RA bercerita, ada dua orang bersin di dekat Nabi Muhammad SAW. Beliau mendoakan (tasymit) salah seorang dari keduanya, namun tidak mendoakan seorang yang lain. Ditanyakan alasannya, Rasul menjawab, “Sebab, orang yang satu mengucapkan ‘alhamdulillah’, sedangkan yang satu lagi tidak membacanya.” (HR Bukhari).
Jadi, orang yang bersin dan tidak membaca alhamdulillah, tidak layak didoakan karena tidak syukur nikmat. Padahal, bersin termasuk salah satu nikmat dari Allah SWT yang manfaatnya sangat besar. Menurut Ibnul Qayyim, bersin dapat mengeluarkan uap dari dalam otak yang jika dibiarkan akan berbahaya. (Zadul Ma’ad 2: 438).
Bersin merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah masuknya zat asing ke dalam tubuh. Ketika bersin, udara kotor keluar dengan keras melalui hidung dan mulut berkecepatan sekitar 161 km/jam.
Bahkan, riset kedokteran menemukan, bersin berfungsi membersihkan faring (rongga antara hidung, mulut, dan tenggorakan). Dalam Syarh Riyadhus Shalihin, Syekh Utsaimin mengutarakan, bersin dapat menggiatkan otak dan meringankan tubuh.
Untuk itulah, setelah bersin, sejatinya membaca hamdalah sebagai bukti syukur kepada Allah SWT. Rasul bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian bersin, ucapkan ‘alhamdulillah’ (segala pujian bagi Allah). Dan hendaklah orang yang mendengarnya mendoakan dengan ucapan yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu). Dan orang yang bersih tadi membaca doa yahdikumullahu wa yushlihu balakum (semoga Allah memberikan hidayah dan memperbaiki keadaanmu).” (HR Bukhari).
Hamdalah merupakan doa paling utama. (Lihat hadis riwayat Tirmidzi). Imam Al-Sindi menyatakan, hamdalah mengandung pengertian dua jenis (fungsi) doa, yaitu menyanjung (tsana`) dan mengingat Allah SWT (zikir); serta mengajukan permohonan (thalab) agar nikmat ditambah.
Padahal, dengan berzikir saja, Allah menjamin akan memberikan lebih dari yang diminta. “Siapa orang yang lebih sibuk mengingat-Ku (berzikir) daripada meminta sesuatu kepada-Ku, ia akan Aku berikan sesuatu melebihi yang orang-orang mohon.” (Hadis Qudsi).
Lain bersin, lain pula menguap (tatsâ`ub berarti layu dan malas). Menguap terjadi karena minimnya oksigen dalam tubuh. Biasanya, orang menguap saat kondisi tubuh lelah, malas, bosan, atau mengantuk.
Karenanya, Nabi SAW bersabda, “Menguap itu dari setan. Oleh karenanya, jika menguap, tahanlah sebisa mungkin. Sebab, jika orang menguap hingga terucap ‘ha’, setan tertawa menyaksikannya.” (HR Bukhari).
Setan tertawa gembira karena menyukai kemalasan. Sedangkan Islam sangat anti dengan kemalasan dan menganjurkan umatnya untuk giat beramal. Nabi SAW pun selalu berlindung dari sifat malas (kasal). Wallahu a’lam.