REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Juman Rofarif
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah sungai di surga (Al-Kautsar). Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus" (Al-Kautsar: 1-3)
Dalam satu riwayatnya, Imam Ahmad meriwayatkan perihal turunnya ayat di atas, sahabat Anas bin Malik telah berkata: Suatu ketika Rasul sedang berbaring istirahat. Tiba-tiba beliau terbangun dan tersenyum. Melihat tingkah Rasul demikian, para sahabat yang pada saat itu berada di sekelilingnya bertanya, ''Mengapa engkau tersenyum, wahai Rasulullah?''
Rasul kemudian menjawab, ''Baru saja, Allah telah menurunkan sebuah surat kepadaku.''
Rasul pun membacakan surat yang dimaksud hingga selesai. ''Apakah kalian mengerti apa yang disebut dengan Al-Kautsar itu?'' kata Rasul.
''Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu,'' jawab para shahabat.
Rasul menjelaskan, ''Al-Kautsar adalah sebuah sungai di surga yang memiliki banyak kebaikan, dan telah Allah berikan kepadaku.''
Dalam riwayat lain, Rasul juga mengilustrasikan Al-Kautsar sebagai ''sungai di surga yang tepiannya dikelilingi oleh emas, airnya mengalir di atas permata. Air sungai itu lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu''. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Makna al-kautsar menurut sebagian ahli tafsir adalah sebuah simbol dari sebuah kebaikan dan kenikmatan yang berlimpah yang akan Allah berikan pada kepada hamba-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Nikmat itu akan diberikan kepada hamba-Nya yang mau beribadah dengan ikhlas, menjalankan shalat lima waktu beserta sunnat rawatibnya, mau berkurban hanya untuk Allah, dan tidak menyekutukan-Nya.
Itulah kemudian, mengapa Allah Ta'ala melanjutkan ayat ''Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah sungai di surga'' dengan ayat ''maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah''. Ayat pertama pada surat di atas merupakan kompensasi dari ayat kedua dan memiliki hubungan timbal balik.
Allah akan memberikan balasan yang setimpal kepada siapa saja yang beribadah dan menjalakan perintah serta menjauhi larangan-Nya. Atas segala nikmat yang telah Allah limpahkan, seseorang harus bersyukur. Syukur yaitu menggunakan nikmat yang telah Allah limpahkan sesuai dengan jalan yang Ia kehendaki, yang semuanya berujung pada ibadah.
Kurban, seperti yang diperintahkan oleh Allah dalam ayat di atas, hendaknya tidak hanya sebatas ritual simbolis, tetapi memiliki makna yang lebih luas, yaitu jiwa berkorban, kesalehan sosial, serta menajamkan mata hati kita untuk jeli melihat saudara-saudara kita yang di bawah kita.
Dalam satu hadisnya, Rasulullah menggambarkan balasan orang yang berkurban, ''Tidak ada perbuatan yang paling disukai Allah pada Hari Raya Haji selain berkurban. Sesungguhnya orang yang berkurban akan datang pada hari kiamat dengan membawa tanduk, bulu, dan kuku binatang kurban itu. Dan sesungguhnya darah kurban yang mengalir itu akan lebih cepat sampai kepada Allah daripada (darah itu) jatuh ke bumi. Maka sucikanlah dirimu dengan berkurban.'' (HR Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Allah A'lam