REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hasan Basri Tanjung
Apakah hadiah terbaik yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya? Tentu, sebagian orang akan menyebut barang berharga, fasilitas, dan aksesori bernilai tinggi. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sungguh, tiada pemberian dari seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama dari pada adab yang baik." (HR Tirmidzi).
Dr Muhammad Ardiansyah dalam buku "Adab Murid dan Guru" menulis untaian syair nan indah akan keutamaan adab. "Agar selamat dari api neraka, didiklah dirimu juga keluarga, dengan adab dan juga akhlak mulia, ajari mereka ilmu yang berguna. Rasulullah juga telah bersabda, hadiah terbaik dari orang tua, untuk ananda yang sangat dicinta, tanamkan adab sejak masa kecilnya".
Sebulan terakhir kita disibukkan dengan pendaftaran murid baru. Setiap orang tua berupaya agar anaknya diterima di sekolah unggulan. Sistem zonasi yang dimaksudkan untuk pemerataan pendidikan, ternyata menimbulkan masalah yang serius.
Sebagian rela berbohong demi Surat Keterangan Tidak Mampu dengan meng ambil jatah kursi kaum dhuafa. Sebagian lagi berdusta dengan Surat Keterangan Domisili, Kartu Keluarga, dan berpres tasi. Tambah ironis lagi, ketika oknum guru, aparat RT/RW, dan kepala desa mau kerja sama melakukan kebohongan kolektif tersebut. Sementara itu, anak-anak tahu dan menerima apa yang dilakukan orang tuanya.
Jika ketidakjujuran sudah terjadi sejak masuk sekolah, apa yang akan diharapkan ketika mereka memegang tampuk kekuasaan? Jika hari ini berbohong membuat surat keterangan, nanti mereka akan berdusta ketika membuat kebijakan yang menyangkut hidup orang banyak (curang dan korupsi). Artinya, kita sedang menyiap kan pemimpin yang tak beradab. Lalu, akankah kita menyalahkan mereka di kemudian hari jika bersikap angkuh, zalim, dusta, remeh, dan menipu orang lain? Pepatah Melayu mengatakan, "buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya". Anak-anak adalah buah dan orang tua adalah pohonnya (QS 14:24-26, 31:12- 19).
Keprihatinan itu sedikit terobati ketika dikunjungi oleh orang tua dan anaknya yang baru saja lulus kelas enam SD IT Dinamika Umat. "Ananda Syifaul Huda mau berangkat ke Pesantren. Mohon doa dan ridha Ustaz agar ilmunya berkah dan kelak menjadi ulama besar," tutur ayahnya dengan penuh hormat. Rasa bangga dan syukur melihat orang tua dan anak memuliakan guru, hingga berlinang air mata. Setulus hati saya doakan dengan mengembus kepalanya.
Sungguh mengharukan, ketika orang tua mengajarkan adab kepada anak bagaimana cara menghormati gurunya. Jika diajarkan sejak kecil, anak pun akan memuliakan guru dan orang tuanya. Namun, jika orang tua abai, akan lahir generasi yang kehilangan adab (lost of adab) dan akan menjadi malapetaka bagi keluarga dan bangsa ini.
Nabi SAW mengajarkan, "Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah adab mereka" (HR Ibnu Majah). Orang bijak pun berkata, "When wealth is lost, nothing is lost. When health is lost, something is lost. When character is lost, everything is lost". (Ketika kekayaan hilang, tak ada yang hilang. Jika kesehatan yang hilang, sesuatu telah hilang. Namun, jika karakter (adab) yang hilang, berarti segalanya telah hilang).
Pendidikan adab lebih utama sebelum ilmu pengetahuan sebab ia bagai mahkota. "likulli syai-in ziinatul fil wara`, wa ziinatul mar`i tamamul adabi" (setiap sesuatu punya perhiasan, dan perhiasan se seorang adalah kesempurnaan adab). Karena itulah, adab menjadi hadiah terbaik untuk anak-anak kita. Allahu a'lam bishshawab.