Senin 08 Jul 2019 18:45 WIB

Potensi Ekonomi Kurban Capai Triliunan, ke Mana Larinya?

Potensi ekonomi kurban belum dinikmati maksimal oleh umat.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Hewan kurban di Jakarta (ilustrasi).
Foto: ROL/Abdul Kodir
Hewan kurban di Jakarta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  Ibadah kurban saat Idul Adha memiliki potensi ekonomi yang sangat besar hingga mencapai puluhan triliun rupiah. Namun potensi ekonomi yang besar tersebut dinilai belum tergali sehingga keuntungan ekonominya belum sepenuhnya kembali kepada umat.  

Pengamat ekonomi syariah, Irfan Syauqi Beik, mengatakan jumlah orang yang melaksanakan ibadah kurban terus meningkat dari waktu ke waktu. Hewan kurban yang mereka kurbankan juga sudah sesuai dengan ketentuan syariah. Manfaatnya dapat dirasakan keluarga dhuafa. 

Baca Juga

"Pemanfaatan dalam konteks ini sudah optimal karena telah memberi kesempatan kepada keluarga dhuafa untuk menikmati daging kurban, barangkali ada yang menikmati daging kambing atau sapi hanya pada saat kurban, kalau dari sisi itu sudah optimal," kata Irfan kepada Republika.co.id, Senin (8/7). 

Namun, dia menjelaskan, pada bagian suplai hewan kurban potensi ekonominya belum sepenuhnya kembali untuk umat. Siapa yang menyediakan kebutuhan hewan kurban untuk para pekurban, di sana ada potensi ekonomi yang besar. 

Berdasarkan data yang pernah dirilis Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), potensi ekonomi kurban sekitar Rp 69 triliun. Sampai sekarang siapa pihak yang menikmati potensi ekonomi kurban sebesar itu? 

"Karena itu kalau kita melihat kondisi saat ini nilai ekonomi dari ibadah kurban ini belum sepenuhnya kembali kepada umat, karena kemampuan umat dalam menyediakan suplai hewan kurban juga masih sangat terbatas," ujarnya. 

Irfan mengatakan harus dilakukan upaya mendorong umat yang berternak untuk meningkatkan produksi hewan kurban. Sehingga dapat memanfaatkan peluang ekonomi tersebut dan mengembangkan industri peternakan dengan baik. 

Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Baznas itu mencontohkan program pemberdayaan peternak di Baznas. Baznas melihat perkembangan para peternak masih banyak yang belum berkembang. Maka yang harus dilakukan adalah meningkatkan kapasitas produksi dan menyediakan akses pasar untuk mereka. 

"Dalam konteks ini kami di Baznas telah mengembangkan 21 balai ternak di 16 kabupaten/ kota di 10 provinsi yang menyasar para peternak dhuafa, sebagai bukti keseriusan dan kesungguhan kita juga sudah mengembangkan lembaga pemberdayaan peternak mustahik tahun 2018," jelasnya.

Dia mengatakan,  lembaga pemberdayaan peternak mustahik usianya masih sangat baru. Orientasinya untuk memberdayakan peternak mustahik. Program tersebut sebagai upaya agar potensi ekonomi kurban bisa diambil umat. 

"Kita harus mendorong penguatan ekosistem bisnis ternak hewan kurban supaya manfaat ekonominya dinikmati oleh umat ini tantangan kita, pada sisi ini keuntungan ekonomi (kurban) masih belum optimal (kembali kepada umat)," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement