Sabtu 06 Jul 2019 18:18 WIB

Bersatu dan Jangan Berpecah-belah

Sebab-sebab yang membuat hati tiap Muslim ini berselisih harus dihindari.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Berdoa Ilustrasi
Foto: Antara
Berdoa Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Abdullah Taslim dalam kajiannya di Masjid Nurullah Kalibata City, Jakarta Selatan, mengingatkan akan pentingnya menjaga persatuan dan larangan melakukan perpecahan. Hal ini disebut juga perkara penting dalam Islam karena banyak ayat dan sunah yang membahas perihal persatuan ini. Ia menyebut, banyak hadis dan sunah yang menyebut larangan melakukan sebab-sebab yang menyebabkan perpecahan. Sebab-sebab yang membuat hati tiap Muslim ini berselisih harus dihindari.

Allah SWT dalam Ali Imran ayat 103 menyebut, "Dan berpegang teguhlahlah kamu semuanya pada tali (agama) Allâh, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allâh kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allâh mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allâh menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allâh menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk."

"Dalam ayat lainnya, Allah SWT menyebut jika berpecah-belah merupakan kebiasaan orang-orang musyrik. Bermusuhan bukanlah kebiasaan orang-orang beriman yang disatukan dengan kalimat Allah," ujar Ustaz ini.

Allah SWT dalam QS ar-Rum ayat 31-32 menyebutkan, "Dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orangorang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecahbelah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka."

Sementara itu, Rasulullah SAW dalam HR Muslim menyebut, "Sesungguhnya Allah meridhai tiga hal. Dia meridhai kalian untuk menyembah- Nya dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya, serta berpegang teguhlah kalian dengan tali Allah dan tidak berpecah belah, serta memberi nasihat kebaikan kepada orang-orang yang Allah jadikan pemimpinmu."

Ustaz Abdullah Taslim menyebut, ayat dan hadis di atas mempertegas bahwa Allah menginginkan orangorang beriman ini terus bersatu. Karena keinginginan inilah, Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menyatu kan umat. Allah juga menurunkan Alquran untuk menyatukan umat seba gai tempat kembali saat berbeda pendapat.

Alquran dan hadis diturunkan sebagai sarana untuk menyelesaikan perbedaan pendapat. Kedua tuntunan ini adalah petunjuk yang diberikan oleh Allah dan Nabi. Allah SWT dalam QS an-Nisa ayat 59 berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri (pe mimpin baik kekuasaan pemerintah atau agama) di antara kamu. Kemudi an, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."

"Alquran dan hadis adalah wakil Allah. Sebagai Yang Maha Esa dan menciptakan makhluk hidup, Allah paling tahu tentang makhluknya, apa permasalahan yang dihadapi sudah disiapkan jawabannya. Kalau kita mengikuti apa yang sudah dituliskan dan disiapkan, maka hasilnya akan baik," lanjut Ustaz Abdullah.

Ia melanjutkan, ciri-ciri orang yang beriman adalah setiap menghadapi masalah untuk urusan agama, dia akan terus belajar dan meminta petunjuk Allah lewat Alquran dan hadis. Setelah mendapatkan jawaban, tidak ada keberatan dalam hatinya untuk menjalankan sesuai dengan petunjuk dan jawaban yang diberikan. Selain menjadi bukti keimanan seorang umat, usaha ini juga menjadi bagian dari keinginan dirinya untuk bersatu dan menghindari perpecahan.

Dalam QS al-Ahzab ayat 36 disebut, "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi pe rempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan sua tu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan me reka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata."

Dalam QS an-Nisa ayat 65, Allah juga berfirman, "Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang me reka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya."

Ustaz Abdullah mengingatkan, persatuan yang hakiki bukan sekadar ucapan atau berada dalam tempat yang sama, tapi di dalam hatinya masih menyimpan kebencian kepada masing-masing. Tidak bisa disatukan sebuah bangsa atau umat kalau hanya membagikan harta atau urusan duniawi. Sebuah persatuan yang sejati harus dimulai dari hati, ada kecintaan pada Allah SWT dan mencintai sesama manusia karena Allah, serta tidak mempermasalahkan urusan duniawi.

Orang yang shalat berjamaah me ru pakan contoh nyata dalam bersatu. Tujuannya sama dan hatinya pun ter tuju pada hal yang sama, beribadah dan mencari ridha Allah SWT. Mak mum akan mengikuti imam, imam pun mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW. Tidak ada makmun yang menye li sihi imam karena imam ada untuk di ja dikan sebagai pemimpin untuk diikuti.

Dalam shalat berjamaah, mak mum diminta untuk merapatkan shaf. Ini men jadi perhatian sebelum menja lan kan shalat dan bagian dari kesempurnaan shalat di mana tidak ada perse li sihan di dalamnya. Rasulullah SAW ber sabda, "Luruskanlah shaf-shaf ka lian! Karena, Demi Allah! Kalian benarbenar meluruskan shaf-shaf kalian, atau (kalau tidak) Allah akan membuat perselisihan di antara hati kalian."

Syariat Islam, yakni memerintah kepada kebaikan dan menjauhi keburukan. Tujuan yang baik ini hendaknya dilakukan dengan cara yang baik, bukan memaki atau mencela di muka umum. Dalam agama Islam, dikenalkan yang namanya nasihat dalam memberitahukan kebaikan. Nasihat ini maknanya luas, tapi dalam bahasa Arab, nasihat identik dengan ikhlas dan memurnikan.

Nasihat menghendaki kebaikan pada orang yang dinasihati dengan harapan yang diberi nasihat mau berhenti dari keburukannya. Ustaz Abdullah pun mengingatkan, bukan berarti menyampaikan kebaikan dan menghindari keburukan dilakukan dengan cara yang menyebabkan munkar yang lebih besar.

"Makna persatuan itu berpegang teguh dengan kalimat Allah di bawah kepemimpinan seorang Muslim de ngan segala kekurangannya. Tidak ada di zaman ini seseorang yang sosoknya sangat sempurna. Maka, dalam mengajak pada persatuan atau hal baik, lakukanlah dengan cara yang baik," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement