Kamis 04 Jul 2019 10:10 WIB

Islam Mengakar di Masyarakat Gorontalo

Perkembangan Islam di Gorontalo dari hari ke hari semakin meningkat.

Sejumlah pelajar berpawai menyambut bulan suci Ramadhan di Kota Gorontalo, Gorontalo, Sabtu (4/5/2019).
Foto: Antara/Adiwinata Solihin
Sejumlah pelajar berpawai menyambut bulan suci Ramadhan di Kota Gorontalo, Gorontalo, Sabtu (4/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski sisa-sisa bangunan atau tempat bersejarah dari Kerajaan Gorontalo sangat sedikit ditemukan, jejak kejayaan kerajaan Islam ini masih melekat erat dalam kehidupan masyarakat setempat.

Hingga kini, hampir seluruh masyarakat Gorontalo memeluk Islam. Data Kementerian Agama pada 2010, persentase umat Islam di daerah ini sebanyak 96,82 persen. Bagaimanakah proses Islamisasi di daerah ini sehingga Islam bisa dipercaya oleh hampir seluruh penduduknya?

Baca Juga

Ada kemungkinan Islam masuk ke Gorontalo sekitar 1400 Masehi, jauh sebelum Wali Songo di Pulau Jawa, yaitu ditandai dengan adanya makam seorang wali yang bernama Ju Panggola di Kelurahan Dembe I, Kota Barat, tepatnya di wilayah perbatasan Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo.

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo, Basri Amin, mengatakan, ada tiga pola jalur masuknya Islam ke wilayah Gorontalo. Meskipun, pola ini sifatnya tidak linear. Ketiga pola ini tidak datang secara berurutan, namun membaur dan saling melengkapi sehingga membuat Islam dipercaya oleh hampir seluruh masyarakat Gorontalo.

Pola pertama adalah jalur perkawinan. Perkawinan antara Sultan Amai dan putri dari Kerajaan Palasa yang telah Islam membuka mata Gorontalo bahwa ada yang bernama Islam dan pantas untuk dipraktikkan tuntunannya dalam kehidupan sehari-hari. “Ketika sang raja telah memeluk Islam, hal ini kemudian diikuti oleh banyak rakyatnya,” kata Basri.

Pola kedua adalah karena ekspansi Kesultanan Ternate. Meski tidak melakukan ekspansi secara teritorial, maksudnya berperang fisik dalam memperebutkan wilayah, pengaruh Kesultanan Ternate masuk ke Gorontalo. “Salah satu buktinya adalah bahasa yang digunakan dalam adat di Gorontalo, menggunakan bahasa Ternate,” jelasnya.

Penyebaran Islam di Gorontalo ini, menurutnya, terbilang unik. Islam justru bisa menjadi jembatan bagi jalur diplomasi antarkerajaan, dalam hal ini Kesultanan Ternate dan Gorontalo.

Pola penyebaran Islam di Gorontalo yang ketiga adalah adanya jaringan keulamaan. Para ulama sufisme yang menurutnya lagi-lagi banyak berasal dari Ternate, banyak yang menyebarkan Islam di Gorontalo. “Melihat nama-nama ulamanya, seperti contohnya Ju Panggola, adalah nama Ternate,” katanya.

Perkembangan Islam di Gorontalo dari hari ke hari semakin meningkat. Islam tertanam sangat luar biasa pada masyarakat Gorontalo. Selain jaringan ulama dari Ternate, jaringan Hadramaut juga ikut berperan. Islam diajarkan dengan berbagai cara hingga cara yang formal.

Penyebaran Islam di Gorontalo melalui jalur ulama sufisme ini, menurutnya, yang paling dominan mewarnai. “Karena, hanya jalur ini yang memungkinkan ajaran lama masih dipakai. Kemudian, baru diperkuat dengan peran kontrol kerajaan,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement