REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Bencana kekeringan melanda sebagian daerah di Solo Raya. Setiap tahun, sebagian warga di daerah pelosok Wonogiri, Sragen dan Boyolali mengalami kekeringan dan krisis air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih setiap harinya, mereka terpaksa membeli air bersih yang dijual oleh tangki-tangki swasta.
Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Solo segera merespons dengan cepat dengan memberikan bantuan air bersih. Pada Selasa (2/7) lalu, sebanyak puluhan ribu liter air bersih telah didistribusikan ke tiga Desa yaitu Songbledek, Lomujing, Sumberejo yang terletak di Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonigiri.
Tim program ACT Solo, Ardiyan, mengatakan bantuan air bersih untuk daerah kekeringan di Solo Raya akan di intensifkan selama enam bulan ke depan. Merujuk data prediksi kekeringan oleh BMKG, kekeringan tahun ini bakal terjadi lebih lama dari tahun tahun sebelumnya. Bisa sampai enam bulan ke depan.
"Tidak terbayang berapa uang yang harus mereka keluarkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari apalagi dengan tempo yang sangat lama. ACT Solo berusaha dan berikhtiar untuk berperan dengan baik dalam merespons fenomena bencana kekeringan ini, bantuan air bersih akan di masifkan," kata Ardiyan seperti tertulis dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (3/7).
Krisis air bersih dan kekeringan tidak hanya melanda daerah Wonogiri, tetapi juga melanda beberapa wilayah di Jawa Tengah. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada September 2018 menunjukkan, terdapat 28 Kabupaten/kota dengan meliputi 208 kecamatan dan 1.416 desa yang dilanda kekeringan. Ini menyebabkan 854 ribu jiwa kesulitan akses air bersih.
Menurut Ardiyan, bantuan air bersih tersebut merupakan bentuk solidaritas ACT untuk wilayah Solo Raya dalam misi-misi kemanusiaan. "Kami mempunyai harapan besar, ke depannya ACT Solo bisa memberikan solusi agar masyarakat di daerah rawan kekeringan tidak kekurangan air bersih yaitu dengan pembangunan sumur wakaf yang akan diinisiasi ACT," ucap Ardiyan.