REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -Dinasti politik merujuk pada dominasi suatu keluarga atau kelompok tertentu dalam dunia politik di suatu negara atau wilayah, di mana anggota keluarga tersebut secara berulang kali memegang jabatan publik atau kekuasaan politik dalam periode tertentu.
Di Indonesia sendiri, ada sejumlah dinasti, yang akhirnya runtuh dalam sejumlah Pilkada, seperti Dinasti Chasan Shohib di Banten, Dinasti PKS di Depok, dan Dinasti PDIP di Jawa Tengah.
Dalam sejarah Islam sendiri, ada juga Dinasti Abbasiyah di Baghdad yang mengalami kehancuran. Bahkan, ini merupakan kehancuran dinasti yang paling menjadi sorotan dalam sejarah peradaban.
Dinasti Abbasiyah awalnya merupakan salah satu kekhalifahan besar dalam sejarah Islam yang berkuasa dari tahun 750 hingga 1258 M. Dinasti ini menggantikan Dinasti Umayyah dan menjadi simbol kejayaan peradaban Islam, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan budaya.
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas. Ia merupakan keturunan Abbas bin Abdul Muththalib, paman Nabi Muhammad SAW. Dalam buku Sejarah Pendidikan Islam oleh J. Suyuthi Pulungan dijelaskan, dari paman Nabi inilah dinasti ini diberi nama.
Dinasti Abbasiyah muncul setelah berhasil menggulingkan Dinasti Umayyah dalam Revolusi Abbasiyah (tahun 750 M). Mereka mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok yang tidak puas dengan pemerintahan Umayyah, termasuk kelompok Syiah, non-Arab (mawali), dan kaum Muslimin yang merasa tidak mendapatkan keadilan.
Pada masa kekuasaannya, Dinasti Abbasiyah mengalami puncak kejayaan di bawah Khalifah Harun al-Rasyid (786–809 M) dan anaknya, Khalifah al-Ma'mun (813–833 M). Masa ini dikenal sebagai Zaman Keemasan Islam (Golden Age of Islam).
BACA JUGA: Munculnya Api Besar di Tanah Hijaz Tanda Kiamat, Apakah Sudah Terjadi?
Ciri-ciri penting masa kejayaan Abbasiyah, di antaranya kemajuan ilmu pengetahuan, kemakmuran ekonomi, dan kemajuan budaya.
Namun, pada akhirnya Dinasti Abbasiyah mulai mengalami kemunduran setelah abad ke-10. Khalifah mulai kehilangan kekuasaan riil, dan banyak wilayah yang memerdekakan diri, seperti Andalusia dan Mesir (di bawah Dinasti Fatimiyah).