REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pendidikan Islam di Indonesia saat ini dinilai sebagai lembaga pendidikan yang paling modern di dunia. Melalui pendidikan Islam inilah karakter keberagaman masyarakat Indonesia yang toleran dan moderat dibentuk.
"Nuansa wasathiyah adalah penopang nya. Ruh keislaman ini disebarkan melalui pondok pesantren, perguruan tinggi, madra sah dan seterusnya," ujar Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Prof Kamaruddin Amin.
Namun, akhir-akhir ini pendidikan Islam Indonesia tengah menghadapi tantangan pemahaman keagamaan yang datang dari luar, khususnya pemahaman yang yang radikal dan ektrem. Pemahaman keagamaan tersebut mulai mencoba merasuki lembaga pendidikan Islam.
Prof Kamaruddin mengatakan, radikalisme dan ekstremisme sejatinya adalah konsekuensi dari adanya globalisasi dan per kem bangan teknologi informasi. Namun, permasalahan itu direspons oleh pemerintah Indonedia.
Untuk mengatasinya, menurut dia, Kementerian Agama tengah gencar mempromosikan moderasi beragama, yang me ru pakan konter terhadap narasi radikalisme dan ekstremisme tersebut. Berikut wawancara lengkap wartawan Republika, Muhyiddin bersama Prof Kamaruddin Amin di Gedung Kementerian Agama, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Bagaimana perkembangan pendidikan Islam saat ini?
Pendidikan Islam mencakup banyak hal, mulai dari pendidikan formal sampai nonformal. Ada madrasah ibtidaiyah sampai aliyah dan perguruan tinggi. Kemu dian, ada pendidikan nonformal, seperti diniah takmiliyah, pendidikan diniyah di pondok pesantren, dan pesantren itu sendiri.
Ada beberapa kemajuan yang patut dicatat, baik di pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi. Di pendidikan dasar menengah, yang jelas pertama dari sisi akses pertumbuhannya cukup signifikan. Hal ini seiring dengan pertumbuhan anakanak Indonesia yang belajar di dalamnya.
Kemudian, dari sisi mutu juga cukup menggembirakan karena nilai hasil ujian nasional meningkat signifikan. Bahkan, banyak di antara mereka yang nilai ujian nasionalnya sempurna. Ada yang mendapatkan nilai matematika 100. Begitu juga dengan ilmu pengetahuan alam, sosial, dan Bahasa Inggris. Mereka adalah generasi muda yang cepat belajar.
Sebagian siswa yang meraih prestasi demikian ada di MAN Insan Cendekia ( MAN IC) Serpong. Nilai IPA mereka adalah terbaik kedua secara nasional. MAN IC Pekalongan berada pada nomor ketiga. Sedang kan, MAN IC Gorontalo berada pada urutan setelahnya. Kualitas mereka cukup bagus. Banyak kemajuan.
Bagaimana dengan Pendidikan Islam swasta?
Tantangan kita ada di sana. Madrasah swasta ini butuh treatment atausi khusus untuk bisa meningkatkan dan mendongkrak kualitasnya. Kita sedang bekerja sama dengan Bank Dunia. Kita mengusulkan sebuah proyek di bank dunia lewat dana PHLN (Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN), yang kita sebut sebagai reformasi kualitas pendidikan madrasah. Dengan ini kita ingin mendongkrak kualitas madrasah swasta di seluruh Indonesia.
Jadi, coverage proyeknya itu untuk selu ruh Indonesia, bukan parsial. Tentu atas persetujuan Bappenas, Kementerian Keuangan. Kita sudah bahas bersama dengan Bank dunia dan sudah disetujui. Jadi, tahun depan sudah mulai berjalan.
Berapa nilai pinjamannya ke Bank Dunia?
Rp 3,7 triliun. Target yang kita inginkan adalah tata kelola, mulai dari perencanaan, keuangan, pelaporan, evaluasi, dan sebagainya. Hal ini untuk peningkatan mutu kualitas tata kelola di lembaga pendidikan Islam. Itu harus dilakukan karena tata kelola itu sesungguhnya adalah kunci. Jadi, kualitas itu lahir dari tata kelola yang baik. Meskipun gurunya bagus, kalau tata kelola tidak bagus itu tidak mungkin.
Jadi, salah satu di antara substansi rencana besar ini adalah peningkatan tata kelola di seluruh madrasah Indonesia dengan membuat sistem informasi dan media tata kelola yang dijadikan sebagai sarana secara nasional. Kemudian, target yang kedua adalah gurunya.
Ada ratusan ribu yang masih perlu diberi afirmasi secara serius. Misalnya dengan mening katkan kualitas guru lewat pelatihan-pelatihan, pember dayaan KKG (Kelompok Kerja Guru, MGMP (Musyawarah Guru Mata Pela jaran), dan seterusnya.
Yang ketiga adalah penguatan proses belajar mengajar. Jadi, kurikulumnya, konten pembelajarannya, metodologi pem belajarannya, materi pembelajarannya harus sesuai dengan kebutuhan sekarang ini sehingga anak-anak bisa memiliki ikti kad rasa tahu yang tinggi, bisa berkola borasi, bisa berkomunikasi. Jadi, intinya peningkatan kualitas proses belajar mengajar.