Kamis 27 Jun 2019 10:00 WIB

Fikom Unisba Ingin Integrasikan Konsep Keislaman

Fikom Unisba mengajarkan mata kuliah keislaman dikomperasikan dengan teori komunikasi

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agung Sasongko
Pembacaan Janji wisudawan pada Pelantikan Lulusan Program Doktor, Magister, Profesi dan sarjana Unisba Gelombang I tahun Akademik 2018/2019, di Aula Unisba, Kota Bandung, Sabtu (23/2).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pembacaan Janji wisudawan pada Pelantikan Lulusan Program Doktor, Magister, Profesi dan sarjana Unisba Gelombang I tahun Akademik 2018/2019, di Aula Unisba, Kota Bandung, Sabtu (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung ( Fikom Unisba), terus beradaptasi dengan dimulainya era revolusi industri 4.0. Menurut Dekan Fikom Unisba, Septiawan Santana Kurnia, keilmuawan sudah bergerak dan mulai mengadopsi dari sisi digital. Namun, bagi Unisba saat ini yang ingin dicapai adalah bagaimana menampilkan sebuah konsep keislaman di Fikom Unisba.

"Kami sudah mulai dalam dua semester ini, menampilkan sebuah konsep keislaman. Ini sebuah tantangan bagi kami," ujar Septiawan di acara Milad Fikom Unisba ke 36, Rabu petang (27/6).

Septiawan menjelaskan, untuk menampilkan konsep keislaman tersebut, Fikom Unisba mengajarkan mata kuliah keislaman dikomperasikan dengan teori komunikasi. "Ke depan harusnya meteri komunimasi ini di integrasikan dengan keislaman. Sekaranga tahapannya baru tahap komperasi tapi kami genjot para dosen  agar bisa ke arah itu," katanyam

Terkait profesi wartawan, Septiawan menilai masih tetap dibutuhkan meski saat ini memasuki era industri 4.0 yang memaksimalkan penggunaan internet dalam setiap aspek. Pesatnya perkembangan teknologi informasi justru akan menambah kualitas produk jurnalistik itu sendiri seperti dari sisi tampilan.

 

Selain itu, menurut Kustiawan, industri media akan terus bertahan meski perkembangan teknologi informasi berjalan dengan pesat. Bahkan, profesi wartawan menjadi pekerjaan yang menarik karena didukung oleh kecanggihan teknologi yang ada.

Hal ini terbukti dengan menjamurnya portal berita dalam jaringan (online) saat ini. "Profesi wartawan akan tetap dibutuhkan, yang berubah hanya medianya," kata Septiawan.

Oleh karena itu, kata dia, wartawan harus selalu dinamis serta melakukan inovasi dan improvisasi dalam menyajikan informasi kepada masyarakat. "Harus tetap menghasilkan konten berita yang bagus dan terpercaya, yang didukung oleh kecanggihan teknologi," katanya.

Masyarakat, tambah dia, membutuhkan produk jurnalistik yang bagus dan menarik sesuai dengan keinginannya. "Beritanya harus kredibel dan mudah diakses," katanya.

Hal inipun menjadi tantangan bagi fakultas ilmu komunikasi yang menjadi induk disiplin ilmu profesi wartawan. Unisba, telah menyesuaikan dengan kondisi saat ini khususnya terkait digitalisasi.

Dengan begitu, ia berharap lulusan fikom bisa meningkatkan keahlian salah satunya dengan menguasai teknologi informasi. "Ini tantangan, 4.0 harus ada skill baru," katanya.

Apalagi, kata dia, digitalisasi dan media sosial yang berkembang pesat saat ini bisa mengubah tatanan yang ada. "4.0 mulai banyak acuan yang bisa dipegang," katanya.

Unisba pun, kata dia, terus memperbarui metode-metode keilmuan komunikasi yang diterapkan kepada mahasiswanya. "Kami siapkan coaching clinic, paper camp. Kita siapkan perangkat, kami mencoba menyiapkan itu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement