REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rahmadsyah
Cinta dalam bahasa Arab disebut al-Mahabban, yang berarti 'kasih sayang.' Menurut Abdullah Nashih Ulawan, cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut, dan kasih sayang. Cinta adalah fitrah manusia yang murni, yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan.
''Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga).'' (QS Ali-Imran: 14)
Di antara tanda-tanda cinta ialah rasa kagum/simpatik, berharap, takut, rela, dan selalu ingat kepada yang dicintai. ''Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku'' (QS Al-Baqarah: 152).
Refleksi cinta adalah tunduk, patuh, menurut, taat akan perintah Allah, dan menjauhkan diri dari segala larangan-Nya. ''Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.'' (QS Al-Hasyr: 19).
Islam merupakan agama fitrah yang juga mengakui adanya fenomena cinta yang melekat sebagai fitrah manusia. Allah telah memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya tentang prioritas dalam cinta.
Firman Allah, ''Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.'' (QS At-Taubah: 24).
Prioritas cinta dapat diklasifikasikan atas prioritas tertinggi, menengah, dan terendah. Berdasarkan ayat di atas, prioritas cinta yang tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulullah, dan berjihad di jalan-Nya. Hal ini merupakan konsekuensi dan merupakan keharusan dalam Islam.
Rasa cinta seorang yang beriman kepada Allah akan mengambil bentuk awal berupa rasa cinta kepada Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW bersabda, cinta dengan prioritas menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, suami/istri, dan kerabat. Sedangkan cinta yang terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan dan menomorsatukan cinta harta dan tempat tinggal serta cinta yang berdasarkan hawa nafsu, sebagaimana cintanya Zulaikha istri Al-Aziz kepada Nabi Yusuf as.