REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Abdul Muid Nawawi
Dari Abu Hurairah diriwayatkan, Nabi saw bersabda, "Dijadikan bagiku setiap jengkal tanah di bumi sebagai masjid dan tempat bebersih diri." (HR Imam Turmudzi). Para ahli fikih mencoba menggali makna kalimat ini dan lahirlah berbagai teori tentang shalat yang memang sangat erat hubungannya dengan masjid.
Namun, pernahkah kita menyimak kalau ternyata masjid juga sangat berhubungan dengan kondisi kejiwaan dan perilaku kesaharian kita? Masjid berasal dari kata sajada berarti sujud, taat, patuh, bersimpuh, dan membungkuk.
Mengenai sujud Rasulullah saw pernah bersabda, "Tidak seorang Muslim pun yang bersujud kepada Allah SWT melainkan pasti Allah meningkatkan kedudukannya satu derajat dan menggugurkan darinya satu dosa kejahatan."
Artinya, saat kita bersimpuh tunduk menekuk segala keangkuhan di hadapan Allah SWT, tingkatan spiritual kita membumbung. Hubungan kita dengan Allah SWT semakin rapat, karena saat terdekat seorang hamba dengan Tuhannya terjadi di kala sujud.
Saat hamba bersujud, derajat mereka menjadi setara. Tidak satu lebih tinggi dari yang lain; tak seorang pun yang lebih terhormat di hadapan Allah SWT, apa pun derajat dan kedudukan sosial mereka. Sekat-sekat pemisah kaya dan miskin, bangsawan dan orang biasa, pejabat dan rakyat menjadi luluh.
Yang ada hanyalah penegasan akan kebesaran Allah SWT dan pengakuan terhadap kekerdilan manusia. Mungkin itu salah satu makna yang tersirat dalam hadis Rasulullah saw, "Dijadikan bagiku setiap jengkal tanah di bumi sebagai masjid dan tempat bebersih diri."
Masjid lebih dimaksudkan sebagai simbol ketundukan dan kekerdilan manusia di hadapan Tuhan serta tercerabutnya segala alasan bagi manusia untuk sombong dan angkuh di muka bumi.
Segenap jengkal tanah di bumi adalah "masjid" (tempat sujud), bukan untuk demonstrasi keangkuhan atas kaum lemah atau alasan untuk mengeksploitasi mereka bahkan menghisap darah mereka demi kepentingan sesaat dan untuk segelintir orang.
Allah SWT berfirman, "Janganlah engkau berjalan di atas bumi dengan angkuh karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." (QS Al-Israa`: 37).