REPUBLIKA.CO.ID, BRISBANE -- Persaudaraan seiman jauh lebih kuat dari persaudaraan sedarah. Persaudaraan ini akan semakin tumbuh bila sesama Muslim membina tali silaturahim.
Hal itu disampaikan oleh Ustadz Saifurrahman Mahfudz Lc, MSh, dalam acara halal bihalal (HBH) yang diselenggarakan oleh Indonesian Islamic Society of Brisbane (IISB), Sabtu (22/6) pagi hingga siang, di Loganlea, setengah jam dari kota Brisbane, Australia.
Acara yang dimaksudkan untuk menjadi ajang keakraban itu tak hanya dihadiri lebih kurang 300-an orang dari kalangan Muslim, tapi juga sesama anak bangsa yang kebetulan menimba ilmu di Brisbane, maupun yang sudah lama menetap di sana. Tampak hadir, sesepuh masyarakat Indonesia di Brisbane, Iman Partorejo; anggota Komite Indonesian Muslim Centre of Queensland (IMCQ), Hamid Mawardi; dan Local Councillor, CR Kim Marx.
Sesepuh masyarakat Indonesia di Brisbane, Iman Partorejo (duduk, memegang mikrofon).
Acara yang dipandu oleh trio MC Ahmad Supardi (University of Queensland), Gunaro Setiawan (Griffith University), dan Faiz (University of Queensland) itu berjalan cukup meriah dan mendapatkan apresiasi dari petugas kepolisian setempat yang turut mengamankan dan menikmati hidangan khas Indonesia.
Selain siraman rohani, Presiden IISB, Darmawan Atmoko, menjelaskan acara halal bihalal ini juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan. Di antaranya, penampilan Brisbane Voice yang digawangi oleh Febi, Radies, Darwin, Iwa, dan Yono dengan lagu-lagu nasyid dan grup kesenian tradisional angklung yang mengiringi lagu daerah.
Acara juga dimeriahkan dengan hadirnya food stall dari 10 peserta menawarkan jajanan khas Indonesia dari tekwan, sate padang, empek-empek, lupis, peyek, hingga nasi bakar. “Panitia mengundang 20 tetangga terdekat untuk bisa berpartisipasi. Mereka selain dipersilakan menikmati hidangan tongseng gratis juga bisa membawa anak-anaknya menikmati jumping castle yang disiapkan panitia,” papar Darmawan melalui rilis yang dterima Republika.co.id.
Seorang tetangga yang datang, sebut saja David, tampak antusias. “Saya berharap acara ini bisa dilakukan lebih sering, mungkin bisa tiga bulanan,” ujarnya berharap.
Kepercayaan
Lebih lanjut, dalam tausiyahnya, Ustaz Saif, yang sedang menjalani studi doktoral di University of Canberra menegaskan, salah satu buah dari silaturahim adalah menguatnya trust (kepercayaan) yang saat ini mulai menipis.
Penampilan Brisbane Vpice.
Dia mengisahkan, di masa Khalifah Umar bin Khattab, ada seorang pemuda yang akan di-qishash (dihukum mati) karena membunuh orang tua dari keluarga terpandang. Sanak kerabat mereka tidak rela diganti dengan diyat (pembayaran sebagai ganti hilangnya nyawa) dan menuntut qishash dilakukan.
Si pemuda menerima keputusan itu, tapi ia mohon agar diberi waktu tiga hari untuk pulang ke daerahnya terlebih dahulu karena dia memegang banyak amanah yang harus diselesaikan. Permintaan itu agak sulit dikabulkan, boleh jadi ia akan menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri. Namun di tengah kebuntuan itu, tiba-tiba sahabat Salman Al Farisi, mengangkat tangan dan bersedia menjadi penjaminnya.
Singkat cerita, tiga hari hampir selesai, si pemuda belum tampak batang hidungnya. Hingga ketika waktu makin sempit, dari kejauhan mereka melihat pemuda itu berlari tergopoh-gopoh. Ia meminta maaf hampir saja terlambat dan membahayakan Salman. Lalu menjelaskan, untanya terapaksa ia tinggalkan di tengah padang karena kelelahan dan tidak bisa ditunggangi lagi.
Suasana halal bihalal yang diadakan oleh Indonesian Islamic Society of Brisbane (IISB).
“Kenapa engkau tidak lari,” tanya Khalifah Umar. “Aku kembali agar tidak ada anggapan di kalangan Muslimin tidak ada lagi pemuda yang bisa menepati janji,” ujar si pemuda, seperti dikisahkan Ustaz Saif.
“Engkau, Salman, kenapa mau-maunya menjamin orang yang baru kau kenal?” tanya Umar lagi. “Agar jangan sampai ada yang mengatakan, di kalangan Muslimin, sudah tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya,” ujarnya.
Jawaban yang membuat semua yang hadir matanya mengembun haru, termasuk keluarga yang semula menuntut qishosh. Mereka akhirnya minta agar pemuda tersebut dilepaskan dari jerat hukum. “Inilah pelajaran berharga yang semestinya terus kita perjuangkan saat ini, menguatkan kepercayaan di antara sesama Muslim,” tegas Ustaz Saif.