Sabtu 22 Jun 2019 12:14 WIB

Lazismu-FKUI Gelar Penyuluhan di Ponpes Darul Ishlah

Para santri diminta untuk menerapkan pola hidup sehat dan bersih.

(ilustrasi) logo lazismu muhammadiyah
Foto: tangkapan layar filantropi indonesia
(ilustrasi) logo lazismu muhammadiyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lazismu menggelar acara pengobatan, pemberantasan, dan pencegahan penyakit kulit di Pondok Pesantren Darul Ishlah, Kalibata Pulo, Jakarta Selatan, Sabtu (22/6). Acara ini merupakan kerja sama antara Lazizmu dengan Fakultas Kedokteran UI (FKUI).

Acara ini diawali dengan sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat yang diikuti 183 santri. Pengasuh Ponpes Darul Ishlah, Ustaz Fajar, mengatakan sangat berterima kasih kepada Lazismu dan Departemen Parasitologi FKUI. "Seluruh santri dan pengasuh ponpes mendapat informasi yang penting tentang hidup bersih," kata Fajar melalui siaran persnya yang diterima Republika.co.id, Sabtu (22/6).

Fajar mengatakan, ada semacam guyonan yang namanya santri kalau belum kudisan belum jadi santri. Bagi santri yang sudah mengalaminya ini baru santri, katanya sambil tersenyum. “Kita tahu bagaimana kehidupan di pesantren, kadang-kadang perilaku hidup bersih santri masih ada yang perlu diedukasi lagi meski ditanamkan hidup sehat,” kata Fajar.

Misalnya pinjam pakaian sesama santri karena alasan tertentu yang tidak disadari berisiko kena penyakit kulit. "Ada lagi penyebabnya kasur yang tidak dijemur sehingga badan menjadi gatal" pungkasnya. Sudah menjadi hal yang biasa itu terjadi di lingkungan pesantren, kata Fajar.

 

Ponpes Darul Ishlah mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang dilakukan Lazismu dan Departemen Parasitologi FKUI untuk mengobati para santri. Pihaknya tentu berharap persoalan kesehatan di pesantren dapat teratasi yang dihadapi santri.

Merespons soal penyakit kulit yang mewabah di kalangan santri ini, ahli Parasitologi Departemen Parasitologi FKUI, Prof. dr. Saleha Sungkar mengungkapkan, jenis penyakit ini disebut Skabies. Kemunculannya disebabkan oleh tungau semacam kutu kecil.

Menurutnya faktor risiko tinggi skabies di pesantren karena kepadatan penghuni dan perilaku kebersihan. "Kenyataannya tingkat kebersihan di pesantren umumnya masih rendah dan santri masih ada yang menderita skabies," katanya.

Sehingga, ungkapan "belum jadi santri jika belum mengalami kudisan" perlu dimaknai kembali. Ia manilai skabies jika dibiarkan akan kronik hingga bisa menimbulkan komplikasi berupa infeksi dan bakteri," jelasnya.

Kualitas belajar santri akan menurun. Ini harus ada tindakan. Ia menambahkan penderita skabies juga bisa menjadi sumber infeksi bagi lingkungannya. Sehingga harus diobati. Pesantren harus segera memberantasnya. "Karena itu pemberantasannya tidak bisa parsial atau individual namun harus serentak dan menyeluruh," tegasnya.

Sementara itu, Manager Program Lazismu, Falhan Nian Akbar, mengatakan kegiatan ini didukung oleh layanan program Indonesia Mobil Clinic. Semoga para santri dapat menerima manfaat dari program ini.

"Saat ini dokter yang teesedia sebanyak 13 dokter dari Departemen Parasitologi FKUI yang didukung oleh perawat," ujarnya. Falhan menambahkan obat-obatan untuk mengobatinya juga disediakan.

Ia berharap program ini dapat berjalan sukses, dan dapat dilaksanakan dalam waktu yang akan datang secara nasional sesuai dengan visi dan misi Lazismu sebagai lembaga filantropi Islam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement