Jumat 21 Jun 2019 19:18 WIB

Doa, Cara Mendekatkan Diri kepada Allah

Doa berarti mengharapkan pertolongan Allah, karena Dia-lah Yang Mahakuasa

Munajat (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Munajat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Nasiruddin

"Berdoalah kepada-Ku niscaya Kuperkenankan permohonanmu" (QS 40: 60). Inilah perintah otentik Tuhan Allah SWT kepada kita lengkap dengan janji pengabulan dariNya. Bersediakah kita berdoa? Seberapa pula efektivitas doa?

Baca Juga

Dengan berdoa memang berarti menegaskan diri bahwa kita memerlukan campur-tangan Ilahi dalam mengatasi masalah hidup yang ada ataupun dalam mewujudkan sebuah harapan dan cita-cita.

Lewat pengucapan dengan penjiwaan dan kata-kata yang kita kemukakan berdasarkan kebutuhan dan kepentingan diri pribadi kita, maka secara verbal kita berkomunikasi intim dengan Sang Mahakuasa. Namun dengan berdoa itu tidak berarti kita telah pesimistis, justru yang terjadi sebaliknya.

Allah tempat kita ''melaporkan'' persoalan dan yang kita mintai pertolongan-Nya itu memang sungguh dzat yang Maha dalam segalanya. Dialah yang berkuasa atas segala hal termasuk hukum alam (sunnatullah) yang berlaku di alam raya ini.

Artinya, Dialah penentu dan pengatur sebab serta akibat segala sesuatu sehingga mudahlah bagi-Nya untuk menghadirkan sebab bagi berlakunya suatu hal ataupun meniadakan akibat dari suatu proses, sebutlah untuk memperkenankan permohonan seorang hamba.

Bukan berarti lantas keluar dari hukum alam yang berlaku, melainkan masih di dalamnya mudah saja Tuhan menciptakan ''cara'' yang logis untuk mengabulkan doa hamba-Nya yang serius.

Misalnya, lewat pemberian sebab atau alasan dengan cara menguatkan motivasi hamba-Nya dalam memperjuangkan berhasilnya harapan. Bisa pula lewat pelurusan, pembelokan bahkan pembalikan cita-cita seorang hamba sehingga menjadi sejalur dan sesuai dengan hukum alam yang berlaku. Ini semua bermakna pencepatan jalan menuju cita-cita.

Maka logika fungsi doa bagi seorang hamba adalah peran serta Tuhan dalam menggerakkan hati hingga timbul kemauan yang kuat untuk kemudian memunculkan ikhtiyar konkret menuju teraihnya harapan.

Oleh karena itu dalam melantunkan doa harus diusahakan benar adanya kedekatan hamba dengan Tuhan serta penorehan kesan kuat yang mendalam. Maka sikap jiwa yang khusyuk, tenang, sopan, tepat, serta yakin benar akan pengabulan dari-Nya merupakan prasyarat yang harus ada agar doa itu efektif.

Mengenai isi doa atau muatan permohonan akan pertolongan-Nya bisa apa saja baik untuk mengatasi persoalan hidup ataupun mewujudkan harapan. Mulai dari permohonan umum semisal kebahagiaan di dunia dan akhirat hingga permohonan khusus seperti profesi, jodoh, rezeki, anak, tempat-tinggal, keluarga, dll. Bertaburan sudah contoh doa dalam Alquran dan as-Sunnah.

Bahkan ada contoh doa yang ''berani'' karena nyaris mustahil terlaksana tetapi sungguh merupakan kebutuhan riil ketika Nabi Ibrahim as meninggalkan Siti Hajar, istrinya yang mengandung Ismail, di Makkah saat masih kering-kerontang di tengah padang pasir.

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tiada tanaman di dekat rumah-Mu yang terhormat ... karuniakanlah buah-buahanan kepada mreka, semoga mereka bersyukur" (QS 14:37).

Bumi Makkah pun kemudian berubah menjadi subur-makmur. Sungguh kekuatan doa bisa tidak terduga. Wallahu a'lam bis shawab

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement