REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal
Silaturahim dengan benda-benda mati banyak dicontohkan Rasulullah SAW. Antara lain, ia melarang keras mencemari air; baik genangan air (al-ma' al-rakid) maupun air yang mengalir (al-ma' al-jari), suara tasbih butiran pasir di tangan Rasulullah, batu keras menjadi lunak saat penggalian Khandak, dan kasus di dinding dan daun pintu yang berbicara kepada Nabi.
Hadis lain menceritakan suatu ketika Rasulullah menerima pemberian mimbar dari seorang ibu yang terbuat dari kayu untuk menggantikan mimbar tua dari batang kurma. Ketika mimbar itu dibongkar pada hari Jumat, tiba-tiba batang kurma itu menangis seperti bayi. Rasulullah menjelaskan: "Batang pohon ini merasa sedih setelah akan ditinggalkan".
Dalam Riwayat lain, Rasulullah turun dari mimbar dan mengajak berdialog bekas mimbar itu: "Sekarang kamu boleh memilih antara ditanam di tempatmu semula, kamu dapat tumbuh berkembang seperti sebelumnya, atau ditanam di surga, kamu bisa meresap sungai-sungai dan mata air di sana, lalu kamu akan tumbuh dengan baik dan buah-buahmu akan dipetik para kekasih Allah. Apa pilihanmu akan aku laksanakan".
Batang kurma itu memilih untuk ditanam di surga. Seusai shalat Jumat, salah seorang sahabat memboyong bekas mimbar itu ke rumahnya dengan alasan ini bukan mimbar biasa, mimbar bisa bicara dan akan menjadi penghuni surga.
Hadis lain Rasulullah SAW mencontoh kan memberi nama cangkir, sisir, cermin, dan pedangnya. Ini semua menunjukkan bahwa benda mati tetap memiliki nilai di hadapan Allah SWT. Tidak ada satu pun makhluk Allah SWT yang diciptakan dengan sia-sia, sebagaimana ditegaskan di dalam Alquran: "Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka". (QS Ali 'Imran/3:191).
Cara kita bersilaturahim dengan benda mati ialah dengan cara tidak melakukan perusakan dan penghancuran. Lingkungan alam yang sehat akan berperan penting juga untuk menyehatkan lingkungan kamanusiaan kita. Sebaliknya, jika berperilaku tidak bersahabat terhadapnya, mereka pun tidak menampilkan persahabatan dengan kita. Penelitian Dr Isaru Imoto tentang respons air terhadap perilaku manusia sudah lebih dari cukup membuktikan hal itu