Kamis 20 Jun 2019 12:46 WIB

Mental Pejabat yang Bijak

Pejabat yang hendak memiliki mental bijak agar meniru akhlak Rasul SAW dan sahabat

Pejabat (ilustrasi)
Foto: wordpress
Pejabat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hasan Basrie Alcaff     

Penguasa adalah tokoh sentral dari sebuah negara. Karenanya, Imam Al Ghazali menyebut beberapa sifat yang mesti dimiliki oleh seorang penguasa, sebelum ia bertugas, agar kelak dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan adil.

Baca Juga

Sifat-sifat itu, di antaranya, tidak mementingkan dirinya sendiri, keluarganya, kerabatnya, serta konco-konconya.

Cinta rakyat (terutama rakyat kecil), berperilaku lemah lembut, menerima dengan lapang saran-saran bawahan, rajin turun ke bawah, seperti kiat Abu Bakar As-Sidiq saat beliau menggantikan posisi Rasulullah Muhammad saw.

Konon, tatkala Khalifah Umar bin Abdul Aziz hendak menginspeksi rakyatnya, dalam rangka ingin mendengar sendiri secara langsung -- tentang berbagai kesulitan yang sedang dihadapi rakyatnya serta ingin merampungkan berbagai keperluan banyak orang.

Dengan antusias, ia melayani mereka hingga waktu dzuhur. Kala itu ia merasa sangat lelah, ia pun masuk ke dalam rumah untuk beristirahat sejenak.

Lalu, anaknya buru-buru menegurnya, ''Apa yang bakal menyelamatkan ayah jika maut mendatangi ayah, sementara di pintu ada orang yang menunggu karena keperluan, namun ayah menyia-nyiakan haknya?''

''Benar kamu!'' jawab Khalifah Umar.

Khalifah Umar pun segera bergegas dan kembali melayani hajat orang banyak.

Sesungguhnya, sikap yang ditunjukkan Umar bin Abdul Aziz itu, merupakan sikap seorang pemimpin dan pejabat yang bijak. Ia membuktikan tanggung jawabnya sebagai pelayan umat (rakyat), dan sekaligus melaksanakan amanat dan kecintaan Allah yang telah memilihnya sebagai khalifah.

Untuk tipikal penguasa seperti itu, Rasulullah saw bersabda, ''Orang-orang yang berlaku adil, kelak di sisi Allah berada di atas mimbar cahaya. Mereka itu adalah orang-orang yang berlaku adil dalam memberikan hukum kepada keluarganya dan kepada rakyatnya,'' (Bukhari Muslim).

Menjadi pejabat bukanlah untuk menumpuk kekayaan, tetapi untuk mengabdi. Menjadi pejabat/penguasa berarti melaksanakan ibadah yang paling berat untuk mengemban amanat rakyat dan Allah, ia selalu berupaya membersihkan batinnya.

Dalam hal ini, Rasulullah saw menekankan, ''Tiada seorang pun hamba yang diberi amanat Allah untuk memimpin rakyat, kemudian menipu mereka, melainkan Allah mengharamkan sorga baginya,'' (HR Bukhari Muslim).

Seorang pejabat yang senantiasa memikirkan rakyatnya, akan berada pada posisi yang sangat beruntung. Keberuntungan ini didapat berkat partisipasi Rasulullah saw, seperti doanya, ''Ya, Allah, kasihanilah semua penguasa (pemimpin) yang mengasihi rakyatnya, dan bersikaplah keras kepada setiap penguasa yang berlaku kasar kepada rakyatnya.''

Dan, kata beliau lagi, ''Kekuasaan (wilayah) dan kepemimpinan (imarah) adalah suatu kebaikan bagi orang yang dapat menjalankan sesuatu haknya, dan merupakan dua keburukan bagi orang yang tidak dapat menegakkannya dengan baik.''

Sudah waktunya bagi seorang pemimpin/pejabat negeri saat ini, untuk bertindak dan berkiblat pada kepemimpinan Nabi saw dan para sahabatnya (Khulafa ar Rasyidun). Merekalah teladan sejati.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement