Senin 17 Jun 2019 12:51 WIB

Sabar Menerima Sakit

Sakit bagi orang beriman dapat menggugurkan dosa, maka kuncinya adalah sabar

Seorang terbaring sakit (ilustrasi).
Foto: science alert
Seorang terbaring sakit (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Rifa'i

Tak selamanya penyakit harus disesali. Sebab, kehadirannya justru kerap kali mendatangkan maslahat. Bukan maslahat dunia, tapi maslahat akhirat.

Baca Juga

Kisah Nabi Ayub jelas memberikan pelajaran buat kita. Bertahun-tahun ia bertarung melawan penyakitnya. Tetapi, beliau tetap sabar. Tak ada keluh kesah meski orang-orang terdekatnya menjauh satu persatu.

Lain lagi dengan cucu Rasulullah SAW, Ali Zainal Abidin. Ia terkadang kebingungan, manakah yang harus disyukuri antara sehat dan sakit. Baginya, sehat dan sakit adalah kenikmatan. Saat sehat, ia bisa menikmati rezeki Allah SWT dan leluasa melaksanakan ketaatan. Ketika sakit, dosa-dosanya banyak yang terhapus dan otomatis hatinya menjadi lebih suci.

Begitulah para salafusshalih menghadapi penyakit.

Jika Allah SWT berkehendak, maka tak ada kekuatan yang bisa menghalanginya. Manusia hanya dituntut ikhtiar. Adapun hasilnya tetap menunggu ketentuan Allah SWT. Keluh kesah sama sekali tak mendatangkan manfaat, sebaliknya justru mendatangkan dosa dan kesedihan. Penyakit haruslah dihadapi dengan kesabaran dan keimanan. ''Dan Kami memberikan cobaan kepada kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai fitnah (ujian).'' (QS Al-Anbiya: 35).

Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT menguji manusia terkadang dengan musibah, di waktu lain dengan kenikmatan hingga bisa diketahui siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur, siapa yang sabar dan siapa yang putus asa.

"Sesungguhnya besarnya balasan disertai dengan besarnya musibah. Sesungguhnya Allah bila mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Maka siapa yang ridha, dia akan memperoleh keridhaan dan siapa yang murka, ia akan memperoleh kemurkaan." (HR at-Tirmidzi).

Manfaat penyakit lainnya adalah dapat menyucikan dosa, menutupi kesalahan, dan mengangkat derajat.

"Tidaklah menimpa seorang mukmin satu kepayahan pun, tidak pula sakit yang terus-menerus, tidak pula kecemasan, kesedihan, gangguan, dan tidak pula kesusahan sampai-sampai duri yang menusuknya, kecuali dengan semua itu Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya." (HR Bukhari dan Muslim).

Allah SWT juga akan mencatat bagi si sakit, pahala amalan sunah yang biasa dilakukan ketika sehat, sekalipun ketika sakit tak dikerjakannya. "Apabila seorang hamba sakit atau safar (bepergian jauh), maka dicatat untuknya amalan semisal apa yang diamalkannya saat tidak safar dan saat sehat" (HR. Bukhari).

Penyakit yang menimpa seseorang juga merupakan tanda kecintaan Allah SWT kepada hamba bila dijalani dengan sabar dan ridha. "Siapa yang Allah inginkan kebaikan baginya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya." (HR Bukhari).

Semoga kita termasuk yang bisa mengambil hikmah suatu penyakit.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement