Sabtu 15 Jun 2019 21:26 WIB

Sungkeman Pangabekten. Tradisi Syawalan di Keraton Solo

Tradisi syawalan ini dihadiri ribuan warga tak terkecuali abdi dalam,

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nashih Nashrullah
Raja Keraton Solo, Sinuhun Pakubuwana XIII, dan Permaisuri, Kanjeng Ratu Pakubuwana XIII, menerima warga yang menghadap untuk sungkeman di kegiatan upacara Sungkeman Pangabekten yang digelar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, di Sasana Handrawina Kompleks Kedhaton Keraton Solo, Sabtu (15/6).
Foto: Republika/Binti Sholikah
Raja Keraton Solo, Sinuhun Pakubuwana XIII, dan Permaisuri, Kanjeng Ratu Pakubuwana XIII, menerima warga yang menghadap untuk sungkeman di kegiatan upacara Sungkeman Pangabekten yang digelar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, di Sasana Handrawina Kompleks Kedhaton Keraton Solo, Sabtu (15/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO – Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar upacara Sungkeman Pangabekten di Sasana Handrawina, kompleks Kedhaton Keraton Solo, Sabtu (15/6). Untuk pertama kalinya sejak 15 tahun yang lalu, upacara Sungkeman Pangabekten dibuka untuk warga. 

Upacara dihadiri para abdi dalem, sentono dalem dan warga Baluwarti di sekitar Keraton Solo. 

Baca Juga

Sambil menunggu upacara dimulai, ratusan warga dan abdi dalem duduk tenang di Bangsal Parasdya Kompleks Kedhaton. Sedangkan para sentono dalem duduk di dalam Sasana Handrawina.

Suara Gending Sri Katon menandai Raja Keraton Solo, Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Pakubuwana XIII, keluar ruangan. Raja didampingi istrinya, Kanjeng Ratu Pakubuwana XIII. Keduanya kemudian duduk di kursi di teras Sasana Handrawina. Selanjutnya, satu per satu warga menghadap Raja dan Permaisuri untuk sungkeman. 

Pengageng Parentah Keraton Solo, KGPH Dipokusumo, mengatakan upacara tersebut merupakan rangkaian dari upacara tradisi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. 

Keraton Solo memiliki empat upacara adat saat bulan puasa dan Lebaran. Keempatnya yakni, Malam Selikuran untuk menyambut lailatul qadar, Paring Dalem Zakat Fitrah atau penyaluran zakat fitrah dari Sinuhun Pakubuwana XIII dan keluarga besar Keraton Solo melalui Masjid Agung Keraton Solo, Kirab Hajat Dalem Grebeg Syawal, serta upacara Pangabekten.

"Untuk Pangabekten ini diselenggarakan sesudah Syawal, jadi bakda kupat, kupat bumbunipun santen menawi lepat nyuwun agunging ngapunten [ketupat bumbunya santan jika ada yang salah minta dimaafkan]. Jadi ini tradisi ini sudah dilaksanakan sejak zaman dulu," jelasnya kepada wartawan di acara tersebut. 

Menurutnya, warga Baluwarti diberi kesempatan pertama kali untuk menyampaikan ucapan ngaturaken Sugeng Riyadi atau selamat Hari Raya Idulfitri kepada Sinuhun Pakubuwana XIII dan Permaisuri di teras Sasana Handrawina. 

Baru kemudian giliran para abdi dalem dan sentono dalem. Warga Keraton menargetkan kegiatan tersebut dihadiri 1.000 warga Baluwarti. "Setiap tahun diadakan. Tapi untuk warga Baluwarti ini baru pertama kali," kata dia. 

Menurut Dipokusumo, alasan upacara Pangabekten tahun ini digelar terbuka agar masyarakat semakin memahami budaya atau tradisi masyarakat Jawa yang bersumber dari Keraton Solo. 

Rencananya, upacara Pangabekten akan diadakan di Pagelaran yang berada di sebelah selatan Alun-Alun Utara. Namun, melalui pertimbangan teknis karena baru pertama kali terbuka kepada masyarakat umum, maka upacara digelar di kompleks Kedhaton. 

Seorang warga, Naji Rahmatullah (24), mengaku selama ini hanya bisa melihat Raja Keraton Solo dari media. Anggota Pagar Nusa Klaten tersebut mengaku diajak gurunya untuk mengikuti upacara sungkeman kepada Raja Keraton Solo. "Baru pertama kali ini bisa melihat Sinuhun langsung," ujarnya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement