REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi modern adalah bidang lain yang merasakan kebermanfaatan kontribusi Al-Khawarizmi. Seperti dipaparkan Dr Ibrahim B Syed (2011), aljabar dan algoritma memungkinkan pembangunan komputer dan pembuatan enkripsi. Menurutnya, industri teknologi modern tidak akan ada tanpa kontribusi matematikawan Muslim, seperti al-Khawarizmi.
Dalam artikel berjudul “Al- Khwarizmi: The Father of Algebra”, Syed mengatakan bahwa pada abad ke-11, fondasi matematika Arab adalah salah satu yang terkuat di dunia. Dan, Al-Khawarizmi adalah salah seorang sarjana Muslim yang meletakkan dasar bagi renaisans dan revolusi Ilmiah Eropa.
Para ahli matematika Muslim, termasuk Al-Khawarizmi, berhasil menemukan aljabar geometri dan membawanya ke tataran yang canggih, yang mampu memecahkan persamaan derajat ketiga dan keempat. Penerjemahan karya-karya berbahasa Arab mereka ke berbagai bahasa Eropa membantu dunia menyaksikan tahap baru pengembangan ilmu matematika tersebut.
Meski demikian, temuan Al-Khawarizmi mulanya tidak begitu saja diterima oleh dunia. Pada 1299, misalnya, hukum yang berlaku di Florence (Italia) melarang penggunaan angka yang dikembangkan Al-Khawarizmi sehingga hanya universitas yang berani menggunakannya.
Meski demikian, pengaruhnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Barat menjadi tanda tak terhapuskan ketika karyanya dikenal luas di Eropa melalui terjemah annya dalam bahasa Latin. Setelah diperkenalkan di Eropa, karyanya menjadi teks standar matematika di universitas-universitas Eropa hing ga abad ke-16.
Pada abad yang sama, versi terjemahan dalam bahasa Inggris me munculkan istilah ‘algiebar’, ‘almachabel’, serta bentuk penamaan lainnya. Hingga akhirnya, istilah itu dipersingkat menjadi ‘algebra’ atau aljabar.
Sejumlah sumber yang dikutip Erwyn Kurniawan dalam artikel “Al-Khawarizmi: Penemu Bilangan Nol” (esq-news.com) menyebutkan, ilmu matematika di dunia Barat lebih banyak dipengaruhi karya Al- Khawarizmi dibanding karya para penulis pada abad pertengahan.