Rabu 05 Jun 2019 04:30 WIB

Kisah Mimpi Ayah Rabiah al-Adawiyah dengan Rasulullah SAW

Ayah Rabi'ah al-Adawiyah bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Berdoa di Kubah Hijau
Foto: Antara/Saptono
Ilustrasi Berdoa di Kubah Hijau

REPUBLIKA.CO.ID, Nama Rabi’ah al-Adawiyah harum sebagai seorang sufi perempuan pertama dalam sejarah peradaban Islam. Sosok bernama lengkap Ummu al-Khair bin Ismail al-Adawiyah al-Qisysyiyah itu lahir pada suatu malam di Basrah (Irak) pada 717 Masehi. Ayah dan ibunya berasal dari suku Atiq yang bersahaja. 

Sururin dalam Rabi’ah al-Adawiyah Hubb al-Illahi (2000) mengutip Fariduddin al-Attar yang merawikan betapa memprihatinkan keluarga ini. Rumah mereka gelap gulita ketika Rabi’ah lahir.

Baca Juga

Sebab, tidak ada setetes pun minyak untuk menerangi lampu. Bahkan, tidak terdapat sehelai kain pun untuk melindungi bayi yang baru lahir itu dari hembusan angin dingin. Namun, tanda-tanda kebaikan dalam diri Rabi’ah al-Adawiyah sudah mulai tampak. 

Ayah Rabi’ah dikisahkan akhirnya tertidur sambil memeluk bayi perempuannya. Dalam tidurnya, pria itu mimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW yang berkata, “Janganlah engkau bersedih hati karena putrimu yang baru lahir itu kelak akan menjadi orang yang terhormat.” 

Masih dalam mimpinya, Rasulullah SAW berpesan kepada ayah Rabi’ah agar menulis sebuah surat kepada gubernur (amir) Basrah, “Tulislah: ‘Wahai ‘amir, engkau biasanya membaca shalawat 100 kali setiap malam dan 400 kali setiap malam Jumat. Tetapi, dalam Jumat terakhir ini engkau lupa melaksanakannya. Karena itu, hendaklah engkau membayar 400 dinar kepada yang membawa surat ini sebagai kafarat atas kelalaianmu.’” 

Keesokan paginya, ayah Rabi’ah melaksanakan perintah Nabi SAW sebagaimana diperolehnya dalam mimpi. Dia tidak bisa menemui langsung sang gubernur. Karenanya, surat itu dititipkan kepada pasukan penjaga.

Namun, justru gubernur Basrah sendiri yang kemudian mendatangi rumah keluarga Rabi’ah al-Adawiyah sambil memberikan uang ratusan dirham. Menurut Sururin, inilah salah satu cara Allah untuk menjaga Rabi’ah sejak dini dari harta yang haram atau syubhat. 

Rabi’ah pada masa kanak-kanak sering diajak ayahnya mengunjungi masjid kecil di dekat tempat tinggalnya di pinggiran kota Basrah. Suasana masjid tersebut begitu tenang. Sayup-sayup, suara anak-anak sebaya Rabi’ah yang sedang mengaji Alquran terdengar dari dalamnya. Rabi’ah merupakan anak bungsu.

Dia dan ketiga saudaranya memeroleh pendidikan agama dan karakter yang intens dari para guru dan orang tuanya. Mereka semua hidup yang sederhana, penuh syukur dan sabar.

 

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement