Senin 06 May 2019 05:15 WIB

Hidup dan Sehatnya Hati

Hati yang sehat adalah yang terbebas dari syahwat.

Takwa (ilustrasi).
Foto: blog.science.gc.ca
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nawawi

Ibn Qayyim Al-Jauziyah dalam bukunya, Ighatsatul Lahfan min Mashaidisy Syaithan mengatakan, "Hati hidup dan sehat hanya apabila ia mengetahui, menghendaki, dan mengutamakan kebenaran."

Hati yang sehat adalah yang terbebas dari syahwat yang bertentangan dengan perintah dan larangan Allah, serta dari syubhat yang bertentangan dengan pemberitaan-Nya.

Kemudian, ia terbebas dari perbudakan kepada selain Allah dan pengambilan hukum kepada selain Rasul-Nya dalam takut, harap, tawakal, inabah (kembali ke jalan Allah), dan tunduk kepada Allah. Ia juga senantiasa mengutamakan ridha-Nya dan menjauhi kemurkaan-Nya.

Hati yang hidup lagi sehat dijelaskan oleh Allah di dalam Alquran. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal." (QS. Al Anfal [8]: 2).

Kondisi hati yang seperti itu karena telah adanya quwwatul 'ilmi (potensi ilmu) untuk memahami, mengenal, dan membedakan kebenaran dan kebatilan serta menggunakan quwwatul iradah wal mahabbah (potensi kehendak dan cinta) untuk mencari, mencintai, dan mengutamakan kebenaran daripada kebatilan.

Hati yang demikian tidak akan mengafirmasi sebuah pemikiran jika tidak bersumber dari sumber segala kebenaran (Alquran). Hal ini adalah syarat mutlak untuk hati agar bisa membedakan antara yang benar dan salah, sehingga bisa menghilangkan penyakit-penyakit syubhat yang merusak ilmu, pemikiran, dan pengetahuan. Sebab, hanya dengan demikian, hati bisa melihat segala sesuatu sebagaimana mestinya.

Sayangnya, dalam masalah hati manusia pada umumnya kurang peka. Sangat berbeda jika fisik yang terkena masalah. Sedikit mengalami gangguan, langsung konsultasi ke dokter dan berupaya membeli serta mengonsumsi apa pun, yang diyakini bisa membantu proses penyembuhan. Sedangkan, terhadap hati, kadang sama sekali tidak dipedulikan.

Padahal, setiap noda, dosa, dan maksiat yang terdapat di dalam hati. Itu tak ubahnya unsur-unsur buruk yang terdapat di dalam tubuh, hama yang terdapat dalam tanaman dan buih pada emas, perak, tembaga, dan besi, yang menjadikan hati terus menurun kesehatannya hingga akhirnya mati.

Orang yang hatinya penuh noda apalagi sampai sakit dan mati, maka ia tidak akan lagi memiliki sifat kesatria, selalu berpikir negatif, dan enggan meninggalkan dosa. Dia pun tidak lagi tertarik mengamalkan kebenaran.

Lantas bagaimana menjadikan hati kita tetap hidup, sehat, bersih, dan senantiasa berkembang dalam amal kebajikan? Ibn Qayyim Al-Jauziyah memberikan beberapa indikator yang tentu mesti kita amalkan. Pertama, tidak akan pernah bosan membaca Alquran. Kedua, senantiasa bertobat.

Hati yang sehat sangat menyukai hal yang bisa memberi manfaat dan kesembuhan, daripada terhadap hal yang membahayakan dan menyakitkan. Kemudian, menjauhi dunia dan menempatkan diri di akhirat, sehingga seakan-akan merupakan salah satu putra penghuni akhirat. Dia datang ke dunia sebagai perantau yang mengambil sekadar kebutuhannya, kemudian kembali ke negeri asalnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement