Kamis 23 May 2019 23:23 WIB

Pengebungan Benteng Babilonia dan Akhir Kekuasaan Romawi

Traktat Aleksandria ditandatangani pada November 641 M jadi penanda penyerahan Mesir.

Mesir
Foto: freeworldmaps.net
Mesir

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pasukan Amr bin Ash sudah mengepung benteng Babilonia. Sebelum melakukan penyerangan, pasukan Amr berkemah menunggu bantuan pasukan dari Madinah. Setelah bala bantuan sejumlah 12 ribu orang tiba, termasuk beberapa komandan terbaik Arab, Amr siap menghadapi bagian utama pasukan Bizantium yang dikerahkan di sekitar ujung Delta Nil. Amr yang menempatkan markas pasukan di Heliopolis berhasil memancing garnisun Romawi ke padang terbuka. 

Amr membagi pasukannya menjadi tiga yang menyerang dari depan, sam ping, dan belakang sehingga mampu menghancurkan pasukan Bizantium dalam pertempuran Juli 640 M. Sisa-sisa pasukan Bizantium mengundurkan diri ke benteng Babilon. Amr kemudian menempatkan perkemahan pasukannya di bagian utara benteng.

Baca Juga

Awalnya, pasukan Amr tak mampu menundukkan Babilonia karena belum berpengalaman dalam pengepungan benteng meskipun jumlah pasukan Bizantium tak mampu menandingi superioritas militer pasukan Arab. Pertempuran berjalan dengan brutal tanpa ada kejelasan siapa yang bakal kehabisan tenaga lebih dulu. 

Di sela-sela pertempuran, terjadi negosiasi antara Cyrus, uskup pemimpin umat Kristen Melkit Mesir, dan Amr Ibn al-Ash. Sahabat Rasulullah itu memberi tiga pilihan kepada Cyrus: memeluk Islam, kebebasan beragama dan perlindungan dengan pajak tambahan serta status warga negara kelas dua, atau perang sampai akhir. Cyrus setuju dengan pilihan kedua. 

 

Perjanjian Babilonia disusun dan Cyrus kemudian kembali ke Konstantinopel, ibu kota Bizantium, untuk meratifikasinya. Namun, Kaisar Heraklius menolak perjanjian itu dan menganggap Cyrus telah menjual Mesir ke pada Arab. Sang uskup dihukum buang. Sebelum mampu merebut kembali Mesir, Heraklius keburu meninggal, membawa Bizantium ke dalam situasi chaos. Tanpa ada pemimpin pasti dari Bizantium, perjanjian Babilonia pun batal. 

Sementara itu, pasukan Romawi yang bertahan di benteng Babilonia dilemahkan oleh wabah penyakit dan moralnya runtuh akibat kematian Hera klius, memupus harapan bakal da tangnya bala bantuan. Pasukan Arab sudah mulai mempersiapkan diri untuk mendaki tembok benteng yang tak lama kemudian menyerah. Setelah tujuh bu lan, pengepungan Babilonia berakhir pa da 9 April 641. Setelah menguasai kota-kota di wilayah Delta Nil, pasukan Arab mulai menge pung Aleksandria. 

Bagi pasukan Arab yang tak punya pengalaman dalam pengepungan, misi merebut Aleksandria sungguh amatlah menantang. Kota pelabuhan itu mempunyai tembok benteng yang lebih kokoh daripada Babilonia. Bagian selatannya dilindungi oleh kanal yang lebar dan Danau Mareotis. Sebelah barat ada Kanal Naga. Pasukan Arab kala itu belum punya angkatan laut guna membantu penyerbuan dari arah utara kota. 

Kota itu sebetulnya punya peluang besar menahan pengepungan dalam jangka waktu lama. Namun, karena kepemimpinan yang tak kompeten, banyaknya pejabat korup, perpecahan dalam masyarakat Kristen, ditambah kepanikan, mereka pun gentar. Cyrus yang kembali dari pengasingan menjadi penyelamat moral warga Aleksandria, meskipun dia meyakini jalan terbaik adalah berunding seperti ketika di Babilonia. Diam-diam Cyrus pergi ke benteng Babilonia untuk menemui Amr.

Traktat Aleksandria ditandatangani pada November 641 M yang menandai penyerahan tuntas seluruh Mesir ke tangan bangsa Arab. Beberapa klausul meliputi pembayaran pajak kepala, toleransi agama untuk Kristen dan Yahudi, perlindungan atas gereja, dan penarikan garnisun Bizantium dalam jangka waktu 11 bulan. Traktat itu diratifikasi Khalifah Umar dan Kaisar Heraklonas yang memimpin Bizantium dalam periode sangat singkat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement