REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Syamsuri Ridwan
Manusia tidaklah diciptakan seperti malaikat yang maksum, terhindar dari kesalahan, kekeliruan, dan dosa. Manusia tetaplah manusia, senantiasa menghadapi perjuangan antara yang baik dan jahat.
Terkadang manusia menang. Artinya, kekuatan yang baik "berpihak" kepadanya, tetapi tak jarang pula kalah, bahkan terhempas ke sudut yang terburuk. Hidup mereka tersesat.
Apa yang harus dilakukan? Idealnya, bagi manusia yang kebetulan "kalah" itu. Kepadanya, masih tersisa kesadaran dan kemauan memperbaiki serta memperbarui diri untuk tetap menjadi orang yang berjalan di alur kebenaran.
Kekalahan manusia dalam perjuangan menghadapi kekuatan jahat itu bisa saja akibat kebodohannya sendiri, akibat pengaruh lingkungan hidupnya, atau barangkali juga karena tekanan nafsu yang tak terkendali.
Apabila seseorang tersesat hidupnya dari ajaran agama, derajat, dan harkat kemanusiaannya akan jatuh, segala risalah yang mulia dan suci seolah tak mempan lagi. Kepuasan hidupnya tak lebih dari kepuasan syahwat semata.
Kalau masyarakat yang berhal demikian maka wujudnya adalah kelompok-kelompok manusia yang saling benci, curiga, dendam, jauh dari saling pengertian, dan tenggang-menenggang serta jauh dari kemauan untuk saling memberi maaf.
Maka, penting sekali seruan Islam agar seluruh anggota masyarakat berpegang teguh pada kebenaran dan kebaikan. Maka, pegang teguhlah agama yang diwahyukan kepadamu, sesungguhnya kamu ada di jalan yang lurus. Dan, sesungguhnya Alquran itu benar-benar suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban (Az-Zukhruf 43-44).
Islam memiliki jalan yang jelas dan terang, terlihat dari cara agama ini menjelaskan yang hak dan batil serta yang baik dan terpuji. Menghadapi situasi demikian, sebagai Muslim kita harus merasa terpanggil untuk mau membuka pintu persaudaraan.
Seperti dipesankan oleh hadis Rasulullah yang diriwayatkan Imam Bukhari, ''Bersilaturahmilah kepada orang-orang yang memutuskan hubungan persaudaraan kepadamu dan berbuat baiklah kepada siapa saja yang berbuat jahat kepadamu, serta berkatalah benar meski terhadap dirimu sendiri.''
Simak pula hadis lain yang diriwayatkan Thabrani dari Muaz, ''Perbuatan paling utama dari seluruh yang utama ialah, hendaknya kamu menyambung tali persaudaraan kepada yang memutuskannya kepadamu dan berikanlah (infak) kepada orang yang menjauhimu, serta sodorkanlah maaf kepada orang yang berbuat lalim kepadamu.'' Allah sendiri senantiasa membuka lebar pintu tobat-Nya untuk memberi maaf siang dan malam kepada orang yang berdosa yang mau memohon ampun kepada-Nya.
''Sesungguhnya Allah membuka tangan-Nya pada malam hari untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa pada siang harinya. Dan Ia membuka tangan-Nya pada siang hari untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa malam harinya sampai matahari terbit di sebelah barat,'' (hadis riwayat Imam Muslim dan Nasai dari Abi Musa al-Asya'ti).