Ahad 19 May 2019 23:23 WIB

Memahami Seni Dakwah

Dalam berdakwah, ada empat hal yang harus menjadi perhatian semua umat.

Dakwah
Foto: Dok. Republika
Dakwah

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Alquran merupakan lambang kesempurnaan berisikan kebenaran bagi umat Islam. Siapa pun yang selalu bersamanya akan menjadi yang paling beruntung. Malaikat Jibril selaku makhluk ciptaan Allah yang dipercaya menyampaikan Alquran kepada Nabi Muhammad disebut sebagai malaikat terbaik.

Begitu pun dengan Rasulullah SAW sebagai manusia yang menerima Alquran disebut umat terbaik Allah. Bulan diturunkannya Alquran juga bulan terbaik dari yang ada. 

Ustaz Abu Bassam Oemar Mita dalam kajiannya di Masjid Itjima' Plenary Hall JCC menyebut dalam menyampaikan sesuatu yang sempurna dan benar ini, membutuhkan sebuah seni. Jika apa yang disampaikan belum bisa mengetuk hati seseorang, seni atau cara yang digunakan belum benar. 

"Dakwah ini persoalan besar. Kita berusaha mengetuk hati orang lain agar dapat hidayah dan surga. Ini butuh seni, fikih. Fikih dibutuhkan dalam setiap perkara, tanpanya, kerusakan yang ditimbulkan lebih besar dari kemaslahatannya," ujar Ustaz Oemar Mita beberapa waktu lalu. 

Ia pun menyebut dalam berdakwah, ada empat hal yang harus menjadi perhatian semua umat. Empat hal ini diharapkan dapat membantu dalam berdakwah sebagai bagian dari sebuah seni. Pertama, perkara cara berpikir atau mindset. Cara berpikir yang salah dapat membawa umat pada jalan yang salah. Hal yang sa ma dulu pernah terjadi pada iblis, salah satu makhluk ciptaan Allah SWT. 

Iblis adalah makhluk pertama yang melakukan dosa. Ini terjadi karena kesombongannya yang menganggap jenisnya lebih baik dari manusia atau Adam. Kesom bongan itu datang dari cara ber pikirnya yang salah. Dalam surah al-A'raf ayat 12 disebutkan, "Allah berfirman: 'Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku me nyuruhmu?' Menjawab iblis 'Saya lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah'." 

Berikutnya, Ustaz Oemar menyebut dakwah sejatinya merupakan persoalan semua manusia yang beriman kepada Allah SWT, bukan hanya beberapa orang atau suatu kelompok. Puncak dari kenikmatan dalam beragama adalah menikmati kesalehan diri dan berkontribusi pada agama Allah, bukan hanya salah satu.

"Islam memadukan dua per ara dan cara berpikir ini harus di pahami setiap umat. Kalau da lam beragama, ditanya sudah me lakukan apa saja dan dijawab cu ma beribadah, maka ini salah. Saleh saja tidak cukup," ujarnya. 

Bani Israil atau Yahudi oleh Allah SWT sengaja disisakan di muka bumi. Mereka tidak dimusnahkan oleh Allah seperti Allah memusnahkan kaum-kaum lainnya. Kaum ini dibiarkan tetap ada sebagai pembuktian perjuangan umat Muslim agar berjuang di jalan-Nya. Bani Israil layaknya musuh yang disiapkan oleh Allah untuk melihat siapa yang berjuang di jalan Allah dan musuh un tuk dikalahkan demi menegakkan agama. 

Perkara menegakkan agama, Ustaz Oemar mengilustrasikan dengan permainan sepak bola. Tidak akan seru permainannya tanpa lawan. Meskipun pemain bisa memasukkan bola ke gawang sebanyak 12 kali, jika tidak ada lawan, rasanya akan berbeda de ngan menggolkan satu kali tapi melewati musuh yang sulit. "Orang mukmin tidak mencari musuh. Tapi musuh itu memang disiapkan oleh Allah dan harus dilawan. Orang yang saleh dan muslihlah yang dicari oleh Allah, bukan hanya salah satu," ujarnya. 

Kedua, perihal berdakwah yang bukan hanya kepentingan satu golongan, Ustaz Oemar menyebut setiap manusia adalah guru atau ustaz. Suami adalah ustaz bagi keluarganya dan ibu adalah guru bagi anak-anaknya. Bagi umat yang telah mengimani Alquran, maka kewajibannya untuk menyampaikan Alquran kepada yang belum tahu. 

Nabi SAW dalam HR Bukhari bersabda, "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat." Nabi me negaskan satu ayat saja karena ia tahu umatnya memiliki ragam jenis. Tidak semuanya bisa tekun belajar dan memahami agama de ngan baik. Sehingga ia tidak mem bebankan lebih dari satu ayat. Bersamaan dengan sabda Ra sul tersebut, menjadi kewajiban bagi umat untuk berdakwah, setidaknya untuk lingkungan kecil tempat umat beraktivitas. Ini se bagai salah satu bentuk kontribusi pada agama. 

"Kalau dakwah menunggu sosok yang sempurna, yang banyak ilmunya, maka kapan akan terlaksana? Kapan manusia bisa berubah menjadi malaikat? Itu tidak akan mungkin terjadi," ujar Ustaz Oemar. Ia pun melanjutkan, bagi yang merasa belum memiliki ilmu yang banyak maka sampai kan yang sudah dipahami. 

Selanjutnya, yang perlu dipahami adalah dakwah sama dengan cinta. Termasuk cinta pada sosok yang dikasihi. Dakwah pun memerlukan pengorbanan karena bisa merenggut banyak hal dalam kehidupan, salah satunya waktu yang luas. 

Dakwah juga menuntut kesa baran. Dia menjelaskan, terdapat seni ikhtiar dalam menjalankan dakwah. Ketika berdakwah, kita seyogianya selalu melihat orang lain sebagai objek dakwah, bukan musuh. Setiap orang berhak me ngetahui jalan menuju surga. Me reka pun dilarang mencela orang lain atas dosa objek dakwah ter sebut. 

Dalam kitabnya, Hasan al- Basri berkata, "Para sahabat dan tabiin memiliki konsep, barang siapa yang mencela saudaranya karena dosa-dosanya, sedangkan saudaranya itu sudah bertobat ke pada Allah, maka si pencela ti dak akan meninggal dunia kecuali dia akan mengalami dosa saudaranya tersebut." 

Terakhir, dalam berdakwah yang dibutuhkan adalah fikih. Ustaz Oemar mengingatkan agar umat Muslim tidak menyampai kan hal kepada orang lain yang be lum waktunya. " Fikih mem ban tu menghindari perbedaan yang tidak perlu terjadi. Banyak yang tidak mengerti Islam karena narasi yang digunakan malah mem benturkan Islam," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement