Ahad 12 May 2019 17:00 WIB

Ketika Rasulullah SAW Berkhutbah

Ketika berkhutbah, Nabi SAW mengajarkan prinsip-prinsip dasar keislaman

Rasulullah
Foto:

Sebelum adanya mimbar, Nabi SAW berpijak pada busur (pa da masa peperangan) atau sejenis tongkat (pada hari Jumat). Rasulullah tak pernah membawa pedang ketika menyampaikan khutbah. Ibnu Qayyim al-Jauziy mengatakan, adanya pendapat dari kaum awam yang mengung kapkan jika beliau selamanya berpijak pada pedang meng isya ratkan jika ajaran agama ini di ba ngun dengan pedang. Pema haman ini pun, menurut Ibnu Qay yim, termasuk dari sikap kebodohan dalam beragama.

Mimbar Nabi dibuat dalam tiga tingkatan. Mimbar tersebut tidak ditempatkan di tengah mas jid, tetapi ada di sisi barat masjid. Mimbar itu lebih dekat dengan dinding. Terdapat jarak sekadar untuk dilalui seekor kambing di antara mimbar dan dinding.

Nabi SAW mengarahkan pandangannya ke arah para sahabat ketika khutbah. Sementara itu, wajah para sahabat menghadap kepada Nabi SAW. Beliau menyampaikan khutbah dengan cara berdiri. Kemudian, duduk dalam waktu yang singkat. Beliau pun berdiri lagi untuk menyampaikan khutbahnya yang kedua.

Jika telah usai dari khutbah, Bilal Ra mengumandangkan iqamah. Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat untuk mendekat de ngan beliau serta menyerukan ke pada mereka agar diam. Dia me nyampaikan kabar kepada saha bat. Jika seorang sahabat berkata kepada sahabatnya: "Diamlah" maka ia telah melakukan perbuatan sia-sia.

Beliau pun bersabda: "Barang siapa yang melakukan perbuatan laghaw (sia-sia), maka sungguh tidak (ada pahala) Jumat untuknya." Beliau juga bersabda: "Sia pa yang berbicara pada hari Jum at saat khutbah, ia ibarat seekor keledai yang memikul asfar (kitab penjelasan perihal Taurat). Se dang kan, yang mengatakan kepa da sahabatnya: "Diamlah" maka tidak ada Jumat baginya." (HR Ahmad).

Sebelum ada mimbar, beliau berkhutbah dengan bersandarkan pada pangkal pohon kurma. Ketika beliau pindah dan berdiri di atas mimbar, pangkal pohon kurma itu merindukannya. Kesedihan pangkal pohon itu pun terdengar oleh orang-orang yang berada di masjid.

Nabi SAW pun turun dari mimbar dan memeluknya. Anas Ra berkata, "Pohon itu merindukan tatkala kehilangan kesempatan untuk mendengar wahyu yang turun kepada Nabi SAW (sebagaimana sebelumnya) dan kehilangan juga kesempatan ber interaksi langsung dengan Nabi SAW." (Dikutip dari buku Fiqih Shalat karya Ibnul Qayyim al- Jauziyyah). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement