Sabtu 06 Sep 2025 10:07 WIB

Momen Maulid Nabi, Muhammadiyah Ajak Bangsa Indonesia Teladani Rasulullah

Nabi SAW membangun peradaban dengan perjanjian dan penghargaan terhadap keberagaman.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir
Foto: PP Muhammadiyah
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengajak seluruh umat Islam di Tanah Air agar menjadikan Maulid Nabi sebagai momentum untuk meneladan akhlak Rasulullah SAW. Menurut dia, Nabi Muhammad SAW bukan hanya sosok pembawa wahyu Illahi, melainkan juga pribadi yang menghadirkan perdamaian, persaudaraan, dan persatuan di tengah masyarakat.

Dalam banyak peristiwa sepanjang dakwahnya, Rasulullah SAW selalu mengutamakan kepentingan dakwah, umat Islam, dan kemanusiaan di atas ego pribadi. Bahkan, beliau menunjukkan keteladanan dalam hal pengorbanan dan ketabahan sebagai pemimpin.

Baca Juga

"Piagam Madinah menjadi bukti nyata, bagaimana beliau membangun tatanan sosial-politik yang adil dan damai. Nabi tidak membangun peradaban dengan permusuhan, melainkan dengan perjanjian, pengakuan hak, dan penghargaan terhadap keberagaman,” ujar Haedar Nashir dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Sabtu (6/9/2025).

Contoh lainnya ialah Perjanjian Hudaibiyah. Pada awalnya, kesepakatan itu tampak merugikan kaum Muslimin. Sebab, mereka gagal menunaikan umrah dan harus kembali ke Madinah tanpa memasuki Makkah.

Bagaimanapun, Nabi Muhammad SAW menerima perjanjian tersebut dengan kebijaksanaan yang luar biasa. Haedar mengatakan, Rasulullah SAW adalah contoh paripurna kepemimpinan yang visioner.

“Beliau lebih memilih jalan damai ketimbang mengikuti emosi sesaat dan situasi konflik. Kesabaran Nabi saat itu mengajarkan bahwa perdamaian bukanlah tanda kelemahan, melainkan strategi mulia yang membuka jalan kemenangan lebih besar,” ucap Haedar.

Perdamaian adalah kekuatan moral yang sesungguhnya. Allah pun menegaskan dalam Alquran.

وَاِنۡ جَنَحُوۡا لِلسَّلۡمِ فَاجۡنَحۡ لَهَا وَتَوَكَّلۡ عَلَى اللّٰهِ‌ؕ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيۡعُ الۡعَلِيۡمُ‏

"Tetapi jika mereka condong kepada perdamaian, maka terimalah dan bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui" (QS al-Anfal: 61).

“Perjanjian Hudaibiyah adalah bukti nyata bahwa manfaat terbesar lahir dari pilihan damai, bukan dari pertikaian,” tambah Haedar.

Ia mengimbau seluruh elite politik untuk bercermin pada keteladanan Nabi Muhammad SAW. Pada masa kini, kepemimpinan yang sejati masih dirindukan kehadirannya. Itu adalah amanah dalam menghadirkan maslahat, keadilan, dan persatuan, bukan untuk meneguhkan kepentingan pribadi atau golongan.

“Ketika pemimpin mengedepankan perdamaian, menumbuhkan kepercayaan, dan merangkul semua pihak, maka bangsa ini akan semakin kokoh,” tegas Haedar.

“Jadikan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai momentum untuk memperkuat persaudaraan, menghadirkan perdamaian, dan membangun peradaban yang luhur," tukas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement