REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Deka Kurniawan
Suatu ketika, Rasulullah SAW akan mengimami shalat berjamaah. Sebelum bertakbir, beliau meratakan shaf (barisan) para sahabatnya sebagaimana barisan tentara.
Ketika akan mulai bertakbir, tiba-tiba ada seorang makmum yang dadanya lebih maju dari yang lainnya. Melihat hal itu kemudian beliau bersabda, "Hai hamba Allah, harus kamu ratakan barisan kamu atau Allah akan membuat hatimu saling berselisih" (HR Abu Dawud).
Beliau juga menyuruh para makmum untuk merapatkan barisan mereka. "Jangan kalian biarkan ada celah renggang di tengah barisan untuk jalannya syaitan". Dalam riwayat lain disebutkan nabi bersumpah, "Rapatkan barisan kamu, karena demi Allah, sesungguhnya aku melihat syaitan masuk ke sela-sela barisan shalat."
Begitulah Nabi SAW mewariskan sunnahnya dalam shalat berjamaah kepada umat Islam. Beliau menginspeksi langsung barisan makmumnya. Dengan cara yang lembut beliau mengingatkan para sahabatnya untuk meluruskan barisan. Merapatkan bahu dengan bahu dan kaki dengan kaki mereka.
Rasulullah SAW juga berpesan agar para makmum bersikap lapang dada kalau ada makmum lain yang menarik badannya dalam rangka meluruskan dan merapatkan barisan.
Diriwayatkan, bahwa Khalifah Umar bin Khaththab pernah menggunakan pedangnya untuk meluruskan dan merapatkan shaf shalat. Semua tuntunan itu menunjukkan bahwa hal yang tampak sepele ini merupakan sesuatu yang sangat penting. Mengapa?
"Menyempurnakan barisan merupakan bagian dari kesempurnaan shalat," sabda Rasulullah SAW suatu ketika. Dengan demikian shalat jamaah yang barisan berantakan tidak sempurna.
Alangkah tidak pantasnya, kepada Allah Yang Mahasempurna diberikan persembahan (ibadah) yang tidak sempurna. Sedang dalam urusan dunia saja, seorang pembeli tidak akan ada yang mau menerima barang yang tidak sempurna, walau cuma tergores kecil.
Maka dari itu sampai ada aturan garansi dan komplain. Tentu saja Allah tidak akan mengkomplain umat Islam yang tidak sempurna shalatnya. Karena, sesungguhnya manfaat shalat akan kembali kepada mereka sendiri.
Dengan lurus dan rapatnya barisan, seperti kata Nabi SAW, hati umat Islam akan lebur dalam perasaan nikmat karena persatuan dan kebersamaan. Orang yang hatinya tidak menyatu akan merasa risih bila bagian tubuhnya (jari kaki dan bahu) dalam shalat bersentuhan dengan orang lain.
Buktikan sendiri, betapa indahnya shalat bersama orang-orang yang biasa merapatkan dan meluruskan barisan, karena sunnah yang satu ini akan mempengaruhi kekhusyukan yang merupakan nyawa dari ibadah shalat. Tapi sayang, hampir tidak ada masjid yang tidak terdapat orang-orang yang malas menyempurnakan barisan shalatnya.