REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehidupan dunia adalah ladang mencari bekal untuk hidup kelak di akhirat. Bahagia atau tidaknya seseorang akan ditentukan oleh hasil jerih payahnya tersebut. Menghadapi kehidupan setelah mati membutuhkan persiapan yang mapan. Barang siapa mawas maka ia akan mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan memperbanyak amal ibadah.
Yazid ar-Raqasyi, seorang bijak yang hidup pada abad pertengahan, pernah berkomentar tentang pentingnya persiapan itu. Ia berkata pada dirinya sendiri yang kurang lebih bermakna introspeksi. Ia sadar, kelak setelah mati, siapakah yang akan shalat dan berpuasa untuknya? Karena itulah, menangislah kalian semua bila kesempatan hidup tak digunakan sebaik-baiknya.
Menyadari keberadaan hari pembalasan yang begitu dahsyat, seorang cendekiawan kelahiran Baghdad, Ibn Abi Ad Dunya, mengarang sebuah karya khusus yang mengupas tentang apa dan bagaimana gambaran tentang hari kiamat tersebut.
Tokoh bernama lengkap Abdullah bin Muhammad bin Abid bin Sufyan bin Qais, Abu Bakar bin Abi Ad Dunya Al Baghdadi Al Qurasyi, melalui kitabnya yang berjudul Al Ahwal, tampaknya ingin menyampaikan satu pesan bahwa persiapan mutlak dilakukan untuk menghadapi hari itu. Hal ini ia lakukan karena, menurut pengamatannya, umat manusia kian lalai dengan dahsyatnya kiamat dan segala apa yang terjadi berikutnya.
Kehadiran kitab ini barangkali bukan karya pertama yang mengupas tentang hari kiamat. Teks-teks keagamaan menyangkut hari yang tak diketahui kapan datangnya itu banyak didapati dalam Alquran atau hadis-hadis yang termaktub di berbagai kitab hadis utama.
Tetapi, bagai manapun kitab ini lebih unggul lantaran karya yang naskah manuskripnya diperoleh dari perpustakaan Ad Dhahiriyah, Damaskus, Suriah, ini diklaim sebagai kitab yang pertama kali fokus dan secara spesifik mengumpulkan ayat, hadis, dan perkataan golongan salaf berkaitan dengan kiamat.
Total, ayat yang berhasil dituliskan dalam kitab ini sebanyak 113 ayat. Jumlah hadisnya mencapai 90 hadis dengan segala status dan derajat hukumnya. Sedangkan, per kataan salaf dengan ragam status validitasnya berjumlah 176. Oleh tokoh yang lahir pada 208 H itu, berbagai teks tersebut kemudian dibagi ke dalam tujuh bab utama.
Mengawali pembasahan kitabnya, Ibn Abi Ad Dunya yang terkenal fasih dan sastrawan itu mengemukakan tentang pentingnya memun culkan kesadaran bahwa kiamat seakan-akan datang tak lama lagi. Sikap ini akan membantu untuk lebih giat lagi berbuat kebaikan.
Ia pun menyitir hadis yang menyeru untuk serius beribadah karena tujuh hal. Salah satunnya ialah akan datangnya kiamat sebagai peristiwa yang teramat mengerikan lagi pahit. Masih dalam hadis yang sama, keenam hal lainnya itu ialah menunggu kecuali kemiskinan yang dilupakan, kekayaan yang menyesatkan, sakit yang membinasakan, kepikunan yang meniadakan, kematian yang disiagakan, dajal sebagai makhluk terjahat yang ditangguhkan kedatangannya.