REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibn Sina (980-1037 M) menuliskan mengenai bau badan ini di bab keempat dari buku al-Qanun fi al-Tibb membahas mengenai penanganan bau badan secara umum. Lalu, ada tulisan mengenai bubuk yang bisa mewangikan tubuh serta bermanfaat bagi orang yang mudah marah.
Ilmuwan kelahiran Uzbekistan itu menganjurkan mandi dan makan teratur serta porsinya tertata, juga makan bahan yang bisa membuat wangi badan dan menghilangkan bau keringat, seperti kemukus, pohon cassia, seledri, artichoke, dan asparagus. Juga bahan apa saja yang bisa melancarkan kencing dan memurnikan darah dari bau-bauan.
Ibn Sina juga menganjurkan mengusapi badan dengan air bunga butchers, alum, dan sirup bunga iris. Bisa juga bahan-bahan itu dijadikan obat gosok. Ibn Sina menggunakan minyak seperti minyak dari bunga butchers dan minyak mawar.
Sebagai tambahannya, dia menggunakan bahan yang bisa menutup pori-pori dan mencegah keluarnya keringat, misalnya, timbal dibakar, seng, alum, dan lainnya. Artinya, ada kesamaan pandangan antara Ibn Sina dan Razi mengenai bahan-bahan yang bermanfaat dalam mewangikan tubuh (deodoran) dan juga bahan pencegah ke ringat (antiperspiran) serta ritual mandi diikuti mengusapi tubuh dengan bahan-bahan tertentu atau terapi eksternal.
Meski demikian, Ibn Sina tak membedakan antara bahan yang berfungsi sebagai parfum atau penghilang bau badan dan bahan yang ber fungsi sebagai pencegah keluarnya keringat.
Sementara, Razi menyebut mengenai zat penghilang bau badan dan juga zat antikeringat. Misalnya, kita ambil satu ons kayu manis, valerian india, dan zat bernama azzfar al-tibb (yang berasal dari kerang-kerang an), ditambah setengah ons lumpur danau, butiran grafit, dan bedak.
Ditambah satu ons bunga artemisia judea dan bunga valerian romawi, serta tiga ons safron dan mawar kering. Kemudian, bahan-bahan yang telah dike ring kan itu ditumbuk bersa ma air bunga butchers dan safron, dilarutkan dalam sirup rehani.