REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut Moustafa Mawaldi dari Institut Sejarah Sains Arab Universitas Aleppo, para dokter Muslim masa itu tak membedakan kedua jenis obat antibau badan itu, namun menyatukannya dalam kategori antikeringat. Obat yang dibuat untuk melawan bau badan kala itu mengandung khasiat penghilang bau berupa larutan yang banyak mengandung minyak aromatik.
Misalnya, Razi (840-925 Masehi) dalam bukunya al- Hawi fi al-Tibb di bab 23 volume 8, dalam tulisan mengenai, “Apa yang bisa menghilangkan bau busuk dan bau keringat, bau kencing, dan bau kotoran, dan apa yang bisa melembutkan baunya, dan apa yang menyebabkan bau limau dan bubuk yang bisa untuk parfum.” Dalam buku ini, Razi membahas mengenai cara menghilangkan bau busuk secara umum dengan lebih fokus pada bau badan. Terapi Razi meliputi dua metode.
Pertama, untuk mewangikan badan, kita harus menutupi tubuh dengan daun po hon sipres dan minyak dari bunganya. Selanjutnya, makan kemukus (merica jawa atau merica berekor) dan biji bunga cassia pada pagi hari sebelum makan apa pun.
Razi melanjutkan bahwa tidak ada yang bisa menghilangkan bau keringat seperti halnya sirup rehani, yaitu sirup yang dibuat dari perasan anggur dan bunga anyelir, makan artichoke (sejenis sayuran), dan asparagus.
“Serta semua tanaman yang bisa melancarkan kencing yang kental seperti sabin. Sangat aneh jika orang makan sabin tiap hari maka keringatnya akan berbau seperti sabin, begitu pula dengan air kencingnya. Jadi, bau badan akan hilang seluruhnya,” tulis Razi.
Razi yang merupakan seorang dokter hebat kala itu sudah mulai membedakan antara zat penghilang bau badan dan bahan pencegah keringat lewat kata-katanya berikut ini.
“Tubuh menjadi wangi oleh zat-zat dari rempah- rempah dan parfum. Sebagian zat itu menutupi lubang pori-pori tubuh, se perti timbal yang dibakar, alum, butiran perak, dan seng. Mereka mencegah ke ringat dari ketiak dan kaki sehingga tak bakal timbul bau.”
Selanjutnya, Razi mem beri resep yang dipraktikkan seusai mandi. Badan harus diusap dengan daun timi yang dimasak, bunga butchers, mawar, marjoram, lumut, dan jeringau (calamus).