REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tentara Cina yang telah dimobilisasi bersama dengan pasukan Ferghana berjumlah 30 ribu orang berdasarkan sumber Cina dan 100 ribu orang menurut sumber Arab. Mereka terdiri 10 ribu pasukan pimpinan Kao Hsien-chih ditambah sekitar 20 ribu orang Turki Qurluc dan beberapa ribu pasukan Ferghana.
Sementara, pasukan Abbasiyah bersama sekutu mereka orang Uyghur (Turki) dan Tibet yang menurut sumber Cina berjumlah 100 ribu. Dari catatan Arab, informasi mengenai Pertempuran Talas didapatkan dari sejarawan Ibn al-Atsir (1160-1233) dan al-Dhahabi (1274-1348).
Pada bulan Juli 751, bertemulah kedua pasukan dekat kota Talas atau Taraz di Sungai Talas, Kirgiztan. Sumber Cina menulis, pertempuran berlangsung selama lima hari, sementara pada catatan Arab tidak ditemukan berapa lama perang terjadi. Di tengah-tengah pertempuran, sekitar 20 ribu orang Qurluc membelot ke pasukan Abbasiyah dan menyerang pasukan Kao.
Menurut al-Dhahabi, strategi Ziyad memanfaatkan orang-orang Turki Qurluq untuk memberontak terhadap Jendral Kao bernarbenar menghancurkan pasukan Ci na. Sementara, pasukan Ferghana memilih pergi dari pertempuran. Dalam kata-kata al-Dhahabi, “Tuhan menurunkan rasa takut ke dalam hati orang Cina.’” Para ahli sejarah dan militer terus memperdebatkan konsekuensi politik jangka panjang dari Pertempuran Talas.
Menurut mereka, Cina telah memainkan peran penting di Asia Tengah mulai Cekungan Tarim ketika ajaran Buddha, Zoroaster, Mani chaean, dan Kristen Nestorian memiliki pengaruh yang kuat walau hampir seluruhnya berada di bawah ke kuasaan Islam. Namun, Pertempuran Talas bukan satu-satunya penyebab penarikan tentara Cina dari Asia Tengah.
Dinasti Tang juga mengalami kesulitan di perbatasan dengan orang-orang Tibet, Turki Uygur di Mongolia, dan Khitan di Manchuria. Khitan mengalahkan tentara Cina dekat Ping-lu tahun 751 dan tahun 754 pasukan Cina menderita kekalahan dari kerajaan muda Thailand di Nan-chao (Yunnan). Ditambah lagi, Cina dilanda perpecahan internal.
Oposisi yang berseberangan dengan Kaisar Hsuan-tsung memberontak pada 755. Tekanan eksternal dan internal mendorong Cina secara permanen keluar dari Asia Tengah. Baru pada tahun 1755- 1759, kekaisaran Cina di bawah Dinasti Qing (Manchu), yaitu Kaisar Qian Long kembali menggerakkan pasukan dan menempatkan gubernur jenderal di Kuldja (Yining) dan wakil gubernur di Tihuai (Urumqi) dan Kashgar (Yarkand), dilanjutkan pada masa Cina modern saat ini.