Senin 06 May 2019 11:21 WIB

Abu Ubaidah Bin Jarrah dan Soal Warisan

Menerima Islam pada periode awal dakwah Rasulullah tidaklah mudah.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Ramadhan
Foto:

Dalam Perang Badar, Abu Ubai dah berhasil menyusup ke barisan musuh tanpa takut mati. Namun, tentara berkuda kaum musyrikin mengadang dan mengejarnya. Ke manapun ia berlari, tentara itu terus mengejarnya dengan beringas. Abu Ubaidah menghindar dan menjauhkan diri untuk bertarung dengan pengejarnya.

Ketika si pengejar bertambah dekat, Abu Ubaidah mengayunkan pedang sehingga menewaskan lawan. Pada suatu ketika, utusan kaum Nasrani datang menghadap Rasulullah seraya berkata

Wahai Abu Qasim, kirim lah kepada kami seorang sahabat anda yang pintar menjadi hakim tentang harta yang menyebabkan kami berselisih sesama kami. Kami senang menerima putusan yang ditetapkan kaum Muslimin.

Datanglah sore nanti, saya akan mengirimkan orang terper caya kepada kalian, kata Rasulullah SAW. Umar bin Khathab berujar, Aku ingin tugas itu tidak diserahkan kepada orang lain, karena aku ingin mendapatkan gelar orang terpercaya.

Selesai shalat, Rasulullah menengok ke kanan dan ke kiri. Umar sengaja menonjolkan diri agar dilihat Rasulullah. Namun, be liau tidak menunjuknya. Ketika melihat Abu Ubaidah, beliau memanggilnya dan berkata, Pergilah kau bersama mereka.

Adili dengan baik perkara yang mereka perselisihkan! Abu Ubaidah berangkat bersama para utusan tersebut de ngan menyandang gelar orang kuat yang terpercaya. Abu Ubaidah selalu mengikuti Rasulullah berperang dalam tiap peperangan yang beliau pimpin, hingga wafat.

Setelah Abu Bakar wafat, jabatan khalifah pindah ke tangan Umar bin Khathab. Abu Ubaidah selalu dekat dengan Umar dan tidak pernah menolak perintahnya. Pada masa peme rintahan Umar, Abu Ubaidah memimpin tentara Muslimin menaklukkan wilayah Syam (Suriah).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement