Senin 06 May 2019 11:06 WIB

Ramadhan Bulan Produktif

berpuasa pada bulan Ramadhan tidaklah menjadikan aktivitas umat Islam berkurang.

Ilustrasi Ramadhan
Foto: Pixabay
Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muslimin

Sejatinya, berpuasa pada bulan Ramadhan tidaklah menjadikan aktivitas umat Islam ber kurang, apalagi larut dalam ke malasan. Justru pada saat me laksa nakan puasa umat harus lebih pro duktif, bersemangat, dan bertenaga. Sebab, tidak sedikit peristiwa penting dan bersejarah dalam dunia Islam yang terjadi pada bulan Ramadhan. 

Sebut saja, turunnya ayat suci Alquran pertama kali pada bulan Ramadhan. Kemenangan pasukan Rasulullah dalam Perang Badar, pada 17 Ramadhan tahun 7 H. Tariq bin Ziyad berhasil menaklukkan Anda lusia pada Ramadhan tahun 92 H. Bahkan, Tariq memimpin Armada Islam menyeberangi laut yang memisahkan Afrika dan Eropa.

Pendirian Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir, oleh Dinasti Fatimiyah berlangsung pada Ramadhan 361 H. Salah satu pemimpin perang umat Islam, Salahuddin al-Ayyubi, dapat mengalahkan tentara Salib pada Ramadhan 584 H.

Serangkaian peristiwa penting pada bulan Ramadhan ini, mengilustrasikan bahwa Ramadhan tidak hanya menjadi sarana penempaan jiwa dan spiritual, tetapi juga dapat menjadi sarana bagi umat Islam untuk meningkatkan produktivitas raganya.

Rasulullah SAW lebih menghargai umatnya yang produktif daripada yang bermalas-malasan. Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, andaikan ada di an tara kalian yang berusaha mem bawa seutas tali dan pergi ke sebuah bukit untuk mencari kayu bakar.

Kemudian, kayu bakar itu dipikul di punggungnya untuk dijual. Sehingga dia dapat me menuhi kebutuhannya. Tentunya, tin dakan itu jauh lebih terhormat, ketimbang ia meminta-minta kepada orang lain." (HR Bukhari).

Spirit yang ingin dibangun Rasulullah melalui hadis tersebut, umat Islam harus menjadi umat yang pro duktif untuk memenuhi kebutuhan nya. Meskipun, harus bekerja kasar meng ambil kayu bakar di hutan ke mudian menjualnya, daripada terlena dalam kemalasan dan meminta-minta.

Terkait dengan itu, Rasulullah mengajarkan sebuah doa agar umatnya terhindar dari kebingungan, kesedihan, kelemahan, kemalasan, dan lilitan utang, "Allahumma inni a'udzu bika minal hammi wal hazani wa a'udzubika mina 'ajzi wal kasali wa a'udzubika minal jubni wal bukhli wa a'udzubika min ghalabati daini waqahrirrijal." (Ya Allah, Sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kebingungan dan kesedihan. Aku juga berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari karakter pengecut dan sifat kekikiran. Aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan kesewenang-wenangan orang lain).

Oleh karena itu, setiap aktivitas umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan haruslah dilakukan dengan kegembiraan, kesenangan, kekuatan, dan semangat mengharap ridha Allah. Sebab, nilai ibadah puasa seorang Muslim bergantung pada seberapa maksimal dan produktif dalam mendekatkan diri kepada Allah.

Sebagaimana Allah ingatkan dalam Alquran, "Dan setiap orang memperoleh tingkatan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan, dan agar Allah mencukupkan balasan perbuatan mereka, dan mereka tidak dirugikan." (QS al-Ahqaf [46]: 19).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement