REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Patuh dengan ajaran arsitek Mesir legendaris, Prof Hassan Fathy (1900-1989) yang mempertahankan nilai-nilai tradisional merupakan salah satu ciri khas rancangan el-Wakil. Tak sekadar indah, rancangannya juga senantiasa memperhatikan aspek-aspek penting lain dalam sebuah bangunan, seperti paparan sinar matahari, sirkulasi udara, arah angin, hingga penataan taman.
Pemilihan bahan bangunan juga menjadi perhatiannya. Contohnya, penggunaan batu muqattam pada eksterior (luar ruangan). El-Wakil memilih batu muqattam untuk menutup lantai di luar ruangan. Sebab, meski di tengah musim panas, siapa pun dapat berjalan di permukaan batu tersebut tanpa kepanasan meski tidak mengenakan alas kaki.
Memasuki tahun 1971, el-Wakil mulai mempraktikkan ilmu arsitektur yang didapatkan dari Fathy. Tahun itu pula menjadi awal mula mekarnya karier el-Wakil. Setelah sukses membangun Rumah Halawa di Pantai Agamy, el-Wakil kemudian diberi kesempatan untuk merancang Rumah Hamdy.
Berlokasi di dekat piramida, Mesir, Rumah Hamdy merupakan bangunan yang dirancang untuk menikmati akhir pekan. Bangunan ini terdiri dari ruang tamu berkubah, ruang makan, dan dapur. Rumah Hamdy dilengkapi pula dengan halaman tertutup, ceruk perapian, dan ruang tidur.
Pada kurun waktu selanjutnya, el-Wakil mulai mendesain rumah-rumah besar di Arab Saudi. Dimulai dari Rumah Zahran dan Istana Suleiman di Jeddah, lalu Rumah Alireza di Riyadh, dan Rumah Kandiel di Jeddah. Dibangun pada 1979, Istana Suleiman merupakan bangunan yang menggabungkan konsep konstruksi tradisional Arab dengan konsep yang lebih modern atau kontemporer.
Usai menyelesaikan Istana Suleiman, karier el-Wakil kian mengilat ketika Wali Kota Jeddah, Syekh Kata Farsi, menunjuk el-Wakil sebagai penasihat pemerintahan. Dengan posisi baru ini, ia mampu menjalin kemitraan dengan Pemerintah Arab Saudi. Hasilnya, el-Wakil berkesempatan merancang sejumlah masjid baru di Arab Saudi dengan memasukkan unsur arsitektur tradisional.
Melalui kerja sama dengan Kementerian Haji dan Wakaf, el-Wakil memelopori pembangunan masjid tanpa beton. Pada masa itu, hal tersebut merupakan sesuatu yang unik. Selama 10 tahun menjalin kerja sama dengan Pemerintah Arab Saudi, el-Wakil senantiasa memberi sentuhan arsitektur tradisonal Arab dalam setiap rancangannya. Seperti dilakukannya di Mesir, ia pun memanfaatkan bahan-bahan bangunan asli Arab Saudi. Semua itu teraplikasikan dalam 15 masjid di Arab Saudi.