REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Karya 'emas' al Kashgari yakni Diwan Lughat al-Turk. Buku tersebut mendapat perhatian dari banyak ilmuwan hingga berabad-abad setelah penulisnya wafat. Padahal, buku ini sempat terlupakan sebelum Ali Emiri (1857-1923) berhasil menemukan salinannya melalui perantara wazir, Tal'at Pasha (1874-1921). .
Dicetak oleh Rifat Bilge (1873-1953), Diwan segera menarik minat hampir seluruh ahli dan pengamat Turki di berbagai belahan dunia. Buku ini ditulis dalam bahasa Turki dan Arab. Kata-kata dalam setiap bab disusun menurut abjad Arab. Hanya delapan belas huruf yang menggunakan abjad Turki.
Karena menarik minat banyak ilmuwan Barat, Diwan lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Hingga saat ini pun, karya terbaik al Kashgari itu masih menjadi referensi dalam ilmu pendidikan di Barat.
Melalui karyanya, Kashgari ingin khalayak luas dapat mengetahui dan mempelajari dialek klasik serta sastra Turki yang telah ada sejak abad ke-11. Berulang kali ia menekankan bahwa orang-orang yang tidak berbaur dengan Persia dan tidak melakukan perjalanan ke luar negeri, serta hanya menguasai satu bahasa maka orang itu sangat rugi.
“Contohlah orang Cina yang bisa berbahasa Turki meski mereka memiliki bahasa sendiri. Begitu juga orang-orang Tibet dan Hotan,” demikian kata al Kashgari.