REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hidup di dunia modern tak lantas memenjara orang-orang di dalamnya. Bagi banyak orang, hiruk pikuk kehidupan modern bisa diselingi jeda melalui penelusuran sejarah masa lalu. Jeda yang diambil pun tak perlu jauh. Bagi warga Jeddah atau Jeddawi, mengunjungi Festival Sejarah Atareek bisa jadi opsinya.
Area sejarah Jeddah selalu jadi atraksi utama bagi wisatawan. Bahkan, jamaah haji pun menyempatkan diri berkunjung ke Jeddah al-Balad atau Kota Tua Jeddah untuk menyaksikan warisan sejarah kota ini.
Festival Atareek yang digelar belum lama ini di Jeddah memberi kesempatan kepada warga Saudi dan para pendatang untuk melihat kembali sejarah negeri ini, khususnya Jeddah. Mereka diajak menyelami masa-masa jaya Saudi.
Kata atareek sendiri berarti lentera untuk menerangi jalan, rumah, dan pertokoan. Namun, di Hijaz, atareek juga berarti Kota Tua Jeddah. Karena Festival Atareek berbarengan dengan liburan musim semi, warga dari seluruh penjuru Saudi dan negara-negara tetangga tumpah di Jeddah, si Pengantin Laut Merah.
Festival Atareek digelar untuk memperkuat posisi Saudi sebagai sumber kultur budaya Islam dan Arab serta diharapkan bisa menjembatani sejarah masa lalu dengan kehidupan saat ini. Festival ini juga bertujuan untuk memperkenalkan situs bersejarah kepada para wisatawan dan menghidupkan nilai yang tersirat di dalamnya kepada warga setempat.
Festival ini pertama kali digelar pada 2014 dan merupakan festival pertama di Saudi yang berhasil menarik massa lebih dari 3 juta orang. Bagi warga yang datang, festival ini menjadi semacam nostalgia. Mereka dapat mengingat kembali wajah lama Kota Jeddah sebelum gedung-gedung berlomba menggapai langit dan kehidupan modern masuk.