Sabtu 13 Apr 2019 01:52 WIB

Pesan Menag di Pra-Paskah Nasional 2019: Bumikan Nilai Agama

Menag berpandangan keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan saling terkait.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Agama RI,  Lukman Hakim Saifuddin
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menghadiri Karya Terbesar Pra Paskah Nasional 2019 (Minggu Sengsara) di GBIB Immanuel, Gambir, Jakarta Pusat. Kepada umat Nasrani, Menag berpesan tentang kehidupan keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan di Indonesia. Menurutnya, tokoh agama terbukti berperan signifikan mengembangkan ketiganya.

"Tiga aspek yakni keagamaan, kebangsaan dan kemanusian berhasil dilebur menjadi satu kemasan yang indah nan mempesona dalam rumah besar NKRI," kata Menag dikutip dalam laman resmi Kemenag, Sabtu (13/4).

Baca Juga

Tema Paskah Nasional tahun ini adalah 'Sintuwu Maraso'. Kata-kata ini diambil dari bahasa Poso, Sulawesi Tengah yang artinya, 'bersatu kita teguh'. Paskah Nasional ke XV 2019 rencananya akan dipusatkan di Poso dan Tentena Sulawesi Tengah pada Mei 2019 mendatang.

Acara pra-Paskah Nasional 2019 ini dihadiri Pimpinan Gereja Aras Nasional, Persekutuan Gereja gereja Indonesia (PGI), panitia Paskah Nasional, Ketua Umum Lembaga Paskah Nasional, para tokoh agama kristiani dan seratusan insan gerejawi.

Dalam sambutannya, Menag berpandangan bahwa keterkaitan antara keagamaan, kebangsaan, dan kemanusian sangat tepat. Bukan hanya terkait Indonesia, tapi juga masyarakat dunia. Saat ini di sejumlah wilayah masih terjadi tragedi kemanusian. "Para tokoh agama kita dengan berbagai kedalaman ilmu, kesalehan ibadah, serta dengan keragaman kearifan lokalnya menjadi semakin memiliki tingkat urgensi dan relevansi yang tinggi untuk terus menyuarakan pentingnya menjaga dan memelihara persaudaran kemanusiaan kita," ujar Menag.

Ia pun menyebut sangat yakin jika para pemuka agama adalah mereka yang tidak saja hatinya bergetar ketika ayat-ayat Tuhan dibaca dan didengar, tapi juga tergelitik saat agama, bangsa, dan kemanusian terusik.

Karena itu, atas dasar cinta dan kedamaian, para pemuka agama berada di garda terdepan dalam menghadapi penjajahan dan ketidakadilan. Atas dasar cinta dan kasih sayang, para tokoh agama bersatu untuk menolong dan membimbing sesama manusia menuju jalan-Nya yang lapang dan lempang, jalan kebahagian dan keselamatan serta jalan kedamaian.

"Itulah tokoh-tokoh agama, pemuka agama, pimpinan majelis agama, orang-orang yang tulus dan bersih tanpa pamrih. Karena laku hidupnya dipersembahkan tidak lagi hanya untuk yang bersifat fana saat ini dan kini, tapi juga untuk kekal nan abadi," kata Menag.

Tokoh dan pemuka agama dalam kehidupan sehari-hari selalu meneduhkan dan mencerahkan, di saat yang lain meresahkan dan memanaskan. Mereka juga memberi inspirasi di saat yang lain memprovokasi.

Menag menuturkan, semua umat memiliki tempat terhormat sebagai makhluk-Nya. Sehingga bukan hak manusia untuk saling mencela, saling mencaci dan apalagi saling membenci sesama.

Inti ajaran agama hakikatnya adalah memanusiakan manusia. Para agamawan dan pendahulu kita menyebarkan ajaran agama dengan akhlak yang mulia dan perilaku terpuji yang amat mempesona.

Menag pun mengajak umat beragama untuk dapat terus membumikan esensi nilai-nilai agama dengan pendekatan hati yang penuh rasa. "Selamat menghayati Minggu Sengsara menjelang Paskah Nasional ini. Mari Kita terus berjuang dan berdoa agar kedamaian tersebar di NKRI dan segenap penjuru bumi. Mari kita berdoa semoga di tahun politik ini, bangsa kita Indonesia dijaga dan diselamatkan dari perpecahan, terus menjaga perdamaian serta merawat semangat persatuan dan kesatuan," ujarnya.

Usai sambutan, Menag menandatangani prasasti Tugu Paskah Nasional didampingi Dirjen Bimas Katolik Eusabius Binsasi dan dilanjutkan menyaksikan penyerahan obor Paskah Nasional 2019 kepada Bupati Poso di halaman Gereja GPIB.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement