Jumat 12 Apr 2019 21:57 WIB

Perluasan Wilayah Islam pada Masa Utsman bin Affan

Khalifah Utsman bin Affan mendukung perluasan wilayah.

(ilustrasi) utsman bin affan
Foto: tangkapan layar wikipedia
(ilustrasi) utsman bin affan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara para khulafaur rasyidin, nama Utsman bin Affan dikenang sebagai pribadi yang lembut, bijaksana, dan berpendirian teguh. Meneruskan kepemimpinan Umar bin Khaththab, Khalifah Utsman juga berupaya memperluas wilayah hingga ke luar Jazirah Arab.

Pada tahun ke-24 Hijriah, Utsman mengirimkan pasukan yang dipimpin Alwalid bin Aqobah. Mereka bergerak menuju negeri di utara, khususnya Azerbaijan dan Armenia. Para pemimpin dari dua negeri itu telah mengkhianati perjanjian dengan kaum Muslimin pada era Umar bin Khaththab.

Baca Juga

Betapa takutnya penduduk Azerbaijan dan Armenia begitu mendengar kabar kedatangan balatentara Muslimin. Hal itu semata-mata lantaran besarnya kekuatan umat Islam. Toh mereka sendiri tahu, dalam hal perjanjian tersebut, para pemuka merekalah yang bersalah. Maka, pasukan yang dikirim Khalifah Utsman itu tidak melakukan suatu pertempuran. Sebab, penduduk setempat sudah mengaku takluk.

Mirip dengan dua negeri di utara Arab, orang-orang Iskandariah di Mesir juga menolak perjanjian dengan kaum Muslimin. Sebab, mereka merasa mendapat sokongan dari Romawi. Pada tahun 25 Hijriah, pasukan Muslimin datang berjihad ke sana, sehingga Iskandariah takluk ke dalam wilayah umat Islam.

Pada tahun ke-26 Hijriah, sebanyak 3.300 orang pasukan Muslimin dapat menaklukan Sabur. Mereka dipimpin Utsman bin Abil Aash. Setahun kemudian, Khalifah Utsman mengamanatkan kepada Abdullah bin Sa'ad bin Abbi Abi Sarah untuk menaklukan Afrika Utara. Ibnu Sa'ad merupakan gubernur Mesir yang menggantikan Amr bin Ash.

Saat itu, pasukan Muslimin terdiri dari 20 ribu orang. Adapun jumlah pasukan lawan, yakni dari kaum Berber, terdiri atas 120 ribu orang alias enam kali lipat balatentara Muslimin.

Salah seorang sahabat, Abdullah ibnu Azzubair, kemudian tampil berhadap-hadapan dengan Raja Berber, Jarjir. Dalam pertempuran itu, Jarjir berhasil ditumpas. Sesudah penaklukan Afrika Utara, kaum Muslimin menargetkan pembebasan Andalusia (Spanyol).

Pada tahun ke-28 Hijriah, pasukan Muslimin yang dipimpin Muawiyah bin Abi Sufyan dapat menaklukan Pulau Siprus. Setahun berikutnya, Abdullah bin Amir memimpin pasukan hingga menguasai wilayah kerajaan Persia.

Pada tahun ke-30 Hijriah, Tibristan dapat dikuasai. Pada tahun ke-31 Hijriah, pecah peperangan Dzatish-Shawari. Lalu, setahun berikutnya, Muawiyah bin Abi Sufyan

mencoba menyerang daerah-daerah jajahan Romawi. Pasukannya sampai pula ke Konstantinopel.

Pada tahun yang sama tentara yang dipimpin Ibnu Aamir menguasai Marwarrauz, Thaliqon, Fariab, Jauzjan dan Thakharstan. Banyak sejarawan menilai, era Khalifah Utsman sebagai zaman kemenangan kaum Muslimin. Umat Islam begitu disegani para negeri adidaya kala itu, semisal Romawi, Parsi dan Turki.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement