REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Rais Aam Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (Jatman), Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya, menegaskan kepada para mursyidin (guru pembimbing dalam tarekat) untuk tidak terlibat politik praktis. Ia mengajak untuk menjunjung tinggi harga diri bangsa demi perdamaian.
"Para mursyidin jangan sampai terlibat masuk ke ranah konflik politik atau pun yang memecah-belah. Mari kita junjung harga diri bangsa untuk perdamaian di seluruh dunia," kata dia saat memberi sambutan dalam acara penutupan Konferensi Ulama Sufi Internasional di Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (10/4).
Habib Luthfi, yang didapuk sebagai Ketua Forum Sufi Internasional dalam konferensi tersebut, meyakini peran ulama ahli tasawuf bisa membawa perdamaian di negaranya masing-masing karena mengedepankan kasih sayang dalam berdakwah. Dia juga yakin para mursyid bisa menjadi juru damai di dunia.
Konferensi Ulama Sufi Internasional menghasilkan kesepakatan soal kriteria tarekat yang mu'tabarah (tersambung sanadnya sampai Nabi Muhammad). Kriteria tersebut, pertama, berdasarkan Alquran dan As-sunnah.
Kedua, benar nasab atau sanad tarekat dengan sanad yang tersambung. Ketiga, tidak melanggar semua yang telah menjadi kesepakatan. Keempat, tarekat dikenal oleh masyarakat di seantero negeri. Kelima, tarekat tidak ikut serta dalam politik praktis dan tidak dipolitisasi atau memprovokasi fanatisme golongan atau etnis tertentu.
Habib Luthfi terpilih menjadi ketua Forum Sufi Internasional secara aklamasi dalam Konferensi Ulama Sufi Internasional. "Secara pribadi, saya yang dipilih dalam memimpin tarekat di dunia bukan untuk kebanggaan diri saya. Tapi ini adalah amanah dari Allah yang tidak bisa kita anggap ini bangga. Tapi ini adalah amanah yang tidak bisa kita abaikan dan sepelekan untuk mengangkat tarekat fil alam (di dunia)," katanya.