Rabu 10 Apr 2019 12:00 WIB

Mengenal Kapal Galley Barbarian

Kapal galley Barbarian dibuat dan diperbaiki di Aljazair.

Galley Ottoman yang berbobot ringan.
Foto: Tangkapan Layar
Galley Ottoman yang berbobot ringan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapal galley Barbarian dibuat dan diperbaiki di Aljazair. Perajin kapal tersebut adalah orang-orang Eropa yang mendapat bayaran bulanan dari bendahara kerajaan Islam. Upah mereka antara enam, delapan, sampai 10 perempat dolar (1,5-2,5 dolar) ditambah ransum makanan harian tiga potong roti, sama seperti makanan tentara Turki yang dapat jatah empat potong roti.

Perajin kapal yang sudah mendapat kedudukan tinggi bisa mendapat jatah ransum enam sampai delapan potong roti. Tidak ada pekerja galangan kapal seperti tukang kayu, pelapis badan kapal, pembuat dayung, dan pandai besi yang memperoleh roti kurang dari tiga potong.

Baca Juga

Bahan baku baku kapal Barbarian adalah kayu oak dan pinus dari Shershel, sekitar 70 kilometer sebelah barat Aljir. Kayu itu dibawa dengan unta, keledai, atau kuda menempuh jarak 45 kilometer sampai ke pantai. Kayu-kayu berharga juga diperoleh dari membongkar kapal-kapal sitaan milik Spanyol atau Venesia.

Setelah masa pengerjaan selama berbulan-bulan melalui proses pemotongan dan pemasangan kayu, pelapisan lambung kapal, dan pengecetan, akhirnya sebuah kapal galleon pun mewujud. Saat itulah para perajin kapal Eropa itu bergembira.

Sang armadores atau pemilik kapal datang membawa uang dan baju-baju, lalu menggantungnya di tiang layar kapal. Harta senilai 200-300 dukat emas (nilai sekarang sekitar Rp 300-Rp 500 juta) itu selanjutnya dibagi-bagikan kepada para tukang kapal itu yang selama masa pembangunan kapal hanya menerima bayaran rendah dan ransum makan roti.

Itu belum selesai. Setelah kapal dipindahkan ke dekat air dengan hati-hati dan seluruh lunasnya sudah dilumuri gemuk dari haluan sampai burit an, hadiah berikutnya kembali datang dari sang pemilik dan kapten kapal untuk para pekerja galangan.

Sudah menjadi hal lumrah bahwa pemilik kapal akan berkonsultasi kepada marabut atau ulama setempat untuk memilih hari baik meluncurkan kapal ke laut. Jumat dan Ahad biasanya dipilih sebagai hari peluncuran kapal. Sesaat menjelang peluncuran kapal ke air, dilakukan penyembelihan domba di haluan kapal yang diiringi teriakan ‘Allahu Akbar’. Penyembelihan domba ini dianggap sebagai simbol korban orang-orang Eropa.

Meriam ditembakkan untuk menyambut datangnya kapal baru. ''Tuhan memberkati kita,'' teriak para kru kapal. ''Tuhan melimpahimu banyak hadiah,'' balas kerumunan warga yang datang menonton. Akhirnya, kapal yang dibangun oleh orang-orang Eropa itu menyentuh air, didayung oleh budak-budak Eropa, dikomandani oleh para buronan Eropa, untuk membawa kehancuran bagi armada kapal kerajaan-kerajaan Eropa.

Pelaut Barbarian bisa berlayar pada musim panas maupun musim dingin tanpa kenal takut menjelajahi perairan barat dan timur Mediterania. Dalam setahun, satu kapal bisa melakukan dua sampai tiga misi pelayaran. Mereka menertawakan kapal-kapal galley Eropa yang biasanya lebih banyak bersandar di pelabuhan.

Kapal galley Barbarian yang ringan nan gesit dan mampu bergerak teratur dengan mudah menyerang kapal galley Eropa yang berat dan tak beraturan. Kapal galley Eropa yang telah diperolok-olok itu tak mampu membalas dengan kekuatan meriam yang lebih besar karena betapa sulitnya mengejar kapal galley Barbarian yang mengandalkan dayung, tapi mampu bergerak lebih cepat dari kapal layar mana pun.

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement