REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arif Khairil Anam
Allah SWT berfirman, artinya, "Langit yang tujuh, lalu bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Tak ada suatu makhluk pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kebanyakan kalian tidak mampu memahami bentuk tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.'' (QS al-Isra: 44).
Tasbih, tahmid, dan tahlil, adalah bentuk-bentuk pujian yang diajarkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya agar mereka memahami hakikat kedirian. Allah SWT adalah sumber pujian sejati.
Dalam kehidupan sehari-hari, saling puji-memuji di antara manusia merupakan fenomena yang biasa terlihat. Rasulullah SAW sendiri dalam beberapa kesempatan juga sering memuji para sahabatnya dengan berbagai macam gelar yang menandakan kelebihan yang mereka miliki.
Abu Bakar, misalnya, digelari oleh Nabi SAW sebagai sosok yang paling dermawan dan lapang dada. ''Sesungguhnya manusia yang paling dermawan dalam masalah harta, dan lapang dada dalam pergaulan adalah Abu Bakar. Jika aku ingin mengambil seseorang sebagai teman dekatku, maka aku pasti akan memilih Abu Bakar.'' (HR Muslim).
Kemudian, kedudukan Ali bin Abu Thalib di sisi Rasulullah SAW laksana Nabi Harun di sisi Nabi Musa. ''Wahai Ali, sesungguhnya kedudukanmu di sisi saya adalah laksana Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi lagi setelah saya.'' (HR Muslim).
Abu Ubaidah bin al-Jarrah juga dipuji Nabi SAW sebagai seorang yang tepercaya. "Sesungguhnya pada setiap umat ada seseorang yang tepercaya. Dan ketahuilah, orang yang tepercaya di kalangan kita adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah." (HR Muslim).
Pujian yang disematkan Rasulullah SAW kepada para sahabatnya adalah menandakan penghargaan yang tinggi terhadap jasa-jasa mereka bagi perjuangan dakwah Islam. Pujian beliau bukan karena kedekatan atau untuk meninggikan beberapa sahabatnya dibandingkan dengan yang lain.
Allah SWT merupakan sumber pujian yang teragung. Setiap selesai shalat, Nabi SAW mengajarkan wirid yang salah satunya adalah tasbih. Memuji Allah adalah simbol kesadaran akan kelemahan dan kekurangan yang dimiliki oleh seorang hamba. Hamba yang tidak memuji Allah SWT, adalah hamba yang tak tahu diri, merasa bahwa potensi dirinya lahir dari usaha pengolahan sendiri, bukan karena pemberian Allah. Na'udzu billah min dzalik.
Dengan memperbanyak pujian kepada Allah, sebetulnya kita dilatih untuk menyadari posisi dan peran kita di kancah alam dunia. Kita terkadang mendapat pujian dari orang lain, lalu lupa diri sehingga berujung kesombongan. Dengan makin banyak memuji Allah, kita dituntun untuk menyadari bahwa kelebihan yang kita miliki sejatinya adalah pemberian Allah.
Segala kelebihan yang kita miliki, dan itu menjadikan kita dipuji orang lain, sejatinya adalah anugerah tak terhingga yang Allah berikan kepada kita. Semakin banyak memuji Allah, semakin tinggi pula kesadaran kita sebagai makhluk di hadapan Khaliq.