REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketertarikan bangsa Eropa terhadap gaya hidup orang Turki pada abad ke-17 menjadi awal kegemaran mereka pada kopi. Di Inggris, kopi pertama kali diperkenalkan oleh seorang keturunan Yunani bernama Pasqua Rosee sebelum tahun 1650. Ia pernah bekerja pada pedagang Turki sehingga mengetahui seluk-beluk kopi.
Dia jugalah yang pertama kali menjual kopi di kedai kopi di tepi Lombard-Street. Kemudian pada 1658, muncul kafe lain di Cornhill bernama Sultaness Head, dan pada 1700 sudah ada sekitar 500 kedai kopi di London.
Popularitas kedai kopi mencuat pada abad ke-17 hingga 18. Booming kedai kopi terekam dalam banyak karya sastra Inggris. Para sastrawan secara perinci menceritakan kebiasaan masyarakat Inggris duduk-duduk sambil minum kopi di kafe. Selain minum kopi atau teh, banyak juga pengunjung yang membaca koran, merokok, juga berdebat soal politik atau perkembangan sosial saat itu.
Akibatnya, kedai-kedai kopi harus mendaftarkan diri secara hukum karena banyak kegiatan yang bisa mengancam pemerintahan kerajaan Inggris. Bahkan, pada 1675, pemerintah menganggap kedai kopi sebagai sumber pemberontakan. Kedai-kedai itu pun ditutup.
Sementara di Italia, kopi dikenal berkat hubungan bisnis yang aktif antara para pedagang Venesia dengan relasinya dari Afrika Utara, Mesir, dan Timur Tengah. Setelah mencicipi cita rasa kopi yang sedap, pedagang Venesia yakin bahan minuman ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Mereka pun lalu mengimpornya.
Selanjutnya, kopi dijual di pusat-pusat perdagangan di Venesia dan akhirnya tersedia luas untuk masyarakat umum. Kedai kopi pertama di Venesia berdiri pada 1645. Pada 1763, gerai kopi sudah berkembang menjadi 218. Dari Venesia, kopi menyebar ke wilayah-wilayah lainnya di Italia, seperti Turin, Genoa, Milan, Florence, dan Roma.
Seperti barang impor lainnya yang berasal dari dunia Muslim, kopi pada awalnya ditolak oleh institusi agama di Italia. Paus Klemens VIII (1536-1605) sempat melarang konsumsi kopi. Namun, setelah mencicipi, Paus membolehkan bahkan memberkatinya. Persetujuan ini melempangkan jalan bagi kopi untuk hadir di semua rumah di Eropa.