Senin 01 Apr 2019 12:12 WIB

Ini yang Harus Dilakukan Santri untuk Melawan Islamofobia

Bersikap jujur dan menguasai ilmu jadi modal utama pembuat opini publik di media.

Rep: M Akbar/ Red: Agung Sasongko
Dr. Firsan Nova, penulis buku Crisis Public Relations sekaligus Managing Director Nexus RMSC, saat memberikan kuliah umum di Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Solo, akhir pekan lalu.
Foto: Dok Istimewa
Dr. Firsan Nova, penulis buku Crisis Public Relations sekaligus Managing Director Nexus RMSC, saat memberikan kuliah umum di Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Solo, akhir pekan lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bersikap jujur dan menguasai berbagai macam disiplin ilmu menjadi modal utama jika ingin menjadi pembuat opini publik di media. Kedua sikap itu menjadi modal yang harus dimiliki para santri jika ingin melawan persepsi negatif yang muncul dari sikap Islamofobia yang kini masih menguasai ruang media arus utama di Tanah Air maupun luar negeri. 

"Inilah cara paling mendasar untuk mengklarifikasi atas banyaknya hoax dan berita-berita negatif tentang Islam maupun pesantren," kata Dr. Firsan Nova, penulis buku Crisis Public Relations sekaligus Managing Director Nexus RMSC, saat memberikan kuliah umum di Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Solo, akhir pekan lalu. 

Baca Juga

Menyitir data yang pernah dirilis Council on American-Islamic Relations (CAIR) bersama dengan University of California Berkeley’s Center on Race and Gender, Firsan mengungkapkan upaya propaganda anti Islam itu telah menyedot dana lebih dari 200 juta dolar AS. 

"Dana propaganda industri anti Muslim sebesar itu dikeluarkan sepanjang 2008 hingga 2013," ujarnya. "Artinya mereka sangat serius dan masif untuk mempersepsikan Islam secara negatif," lanjutnya.

Firsan juga mengajak ratusan santri yang hadir untuk menggunakan ruang-ruang di media sosial sebagai wahana melawan hoax dan persepsi negatif tentang Islam. 

"Mari mulai saat ini kita mempromosikan hal-hal baik tentang pesantren maupun tentang Islam. Karena senjatanya ada pada Anda semua yang akan melakukannya," kata pria lulusan Al Mukmin Ngruki 1994 ini.

Kehidupan yang pernah dijalaninya semasa di pesantren, kata Firsan, telah mengajarkan banyak hal. Diantaranya selama enam tahun menjadi santri, ayah dua anak ini mendapat pelajaran hidup untuk menjadi lelaki yang tangguh. "Ingat setiap orang itu bisa berubah dan apa yang dilakukan selama di sini telah memberikan banyak arti dalam kehidupan saya selanjutnya. Jadi saya tidak pernah menyesal," kata penyandang gelar doktor manajemen dari Universitas Padjajaran ini.

Sementara itu, Ponco Budianto yang mewakili Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, menyambut positif kuliah umum ini. Ia berharap kehadiran para alumni untuk memberikan kuliah terbuka semacam ini akan memberikan motivasi yang besar kepada para santri. "Kami sangat berterima kasih dengan kegiatan semacam ini," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement