REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendikiawan Muslim Prof Azyumardi Azra menyebut, peningkatan ekstremisme pun menjadi salah satu penyebab semakin bertambahnya Islamofobia. Islamofobia sudah ada sejak lama dan sempat hilang, tetapi pada tahun 2000-an kembali lagi.
Dalam pembicaraan di berbagai forum, konferensi, dan seminar menunjukkan bahwa ekstremisme keagamaan dan Islamofobia tidak berdiri sendiri. Ia banyak terkait dengan situasi domestik negara tertentu dan dengan dinamika politik, ekonomi, dan sosial-budaya di level internasional.
"Upaya memerangi ekstremisme agama dan Islamofobia sama sekali tidak mudah. Ini melibatkan proses yang kompleks dan rumit yang memerlukan penanganan serius dan terencana baik pada tingkat domestik maupun internasional," ujarnya.
Masalah ekstremisme agama dan Islamofobia juga membutuhkan peran dari masyarakat madani. Menurut dia, masyarakat bukan hanya menjadi mitra pemerintah dalam isu terkait. Mereka juga bisa meningkatkan perannya dalam proses deekstrimisasi dan deislamofobiaisasi.