REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar (Dubes) Australia untuk Republik Indonesia Gary Quinlan mengunjungi pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada hari ini, Selasa (19/3). Dalam kunjungannya, Gary menyinggung profil seorang senator Australia, Fraser Anning. Seperti diketahui, ujaran senator asal Queensland itu berujung kontroversi karena menyalahkan Islam dan umat Islam.
Dubes mengungkapkan, sosok Fraser Anning berasal dari organisasi dan partai politik yang anti-imigran di Australia. Kelompok yang bersikap demikian, lanjut dia, diisi orang-orang yang sakit secara kejiwaan. Maka dari itu, dia memprediksi Fraser Anning tidak akan dipilih kembali oleh publik Australia saat pemilihan senator nanti.
"Senator Fraser Anning itu adalah pengganti dari senator yang mengundurkan diri karena suatu hal," kata Gary saat mengunjungi kantor MUI di Jakarta, Selasa (19/3).
Lebih lanjut, Gary Quinlan meneruskan, sosok Fraser Anning merupakan figur dari suatu partai kecil yang berpandangan sangat ekstrem. Ketua partai kecil itu--tanpa menyebutkan namanya--merupakan seorang perempuan yang sangat anti-imigran di Negeri Kanguru. Sikap anti-imigran itu juga disertai sikap Islamofobia.
Gary menegaskan, sebenarnya Australia adalah suatu negara yang terbuka terhadap imigran dari manapun. Memang banyak imigran dari Eropa, tapi banyak juga imigran dari negara-negara di Timur Tengah. Bahkan menurut sejarah pada abad ke-17 sebanyak 30 ribu orang Afghanistan datang ke Australia. Mereka yang membangun infrastruktur di Australia.
Fraser Anning berasal dari wilayah Queensland. Di sana ada 12 senator, karena salah satu dari 12 senator mengundurkan diri maka Fraser Anning menjadi penggantinya. Sebelumnya, Fraser Anning menyalahkan umat Islam setelah puluhan umat Islam menjadi korban pembunuhan oleh teroris rasis di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood, Christchurch, Selandia Baru.