REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum lama ini, Bayt Alquran dan Museum Istiqlal menggelar pameran tradisi Islam di Rusia. "Kita ingin menjadi jendela dunia Islam di Indonesia. Orang yang ingin mengenal dunia Islam bisa juga lihat dari sini," kata Kepala LPMQ Kementerian Agama Muchlis Hanafi kepada Republika belum lama ini.
Pameran tradisi Islam Rusia tersebut seperti menjadi gong bagi rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati 70 tahun hubungan Indonesia dan Rusia. Dalam konteks hubungan bilateral kedua negara, ini merupakan kegiatan pertama yang melibatkan Islam di negeri Beruang Merah tersebut.
Muchlis mengatakan, saat ini Islam di Rusia sudah berkembang semakin baik. Bahkan, kata dia, pada 2030 diprediksi akan semakin meningkat dari jumlah Muslim Rusia saat ini. "Bahkan diprediksi 2030-an itu populasi Muslim semakin meningkat di Rusia," ujar Muchlis.
Perkembangan agama tersebut merupakan terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks. Jumlah penganut Islam saat ini kurang lebih 25 juta orang dari 146 juta penduduk. Islam masuk ke Rusia setelah penaklukan tentara Muslim di bawah pimpinan Abdurrahman bin Rabiah.
Muchlis mengaku sudah pernah berkunjung langsung ke Republik Tatarstan pada tahun lalu. Menurut dia, di negara bagian Rusia itu juga terdapat banyak ulama menulis turos fikih yang pada umumnya bermazhab Hanafi.
"Saya ditunjukkan beberapa karya ulama-ulama sana dalam Bahas Arab, seperti kitab-kitab fikih, kemudian ada ulama reformisnya juga Syihabuddin al- Murjani. Itu juga seorang reformis Islam yang cukup termuka dari sana," ucapnya.
Walaupun, lanjut dia, ulama-ulama di negara itu tidak sepopuler yang dari Uzbekistan di Asia Tengah. Maklum, ulama di Asia Tengah lebih populer lantaran menjadi jalur sutra perdagangan dari Cina ke Eropa. Asia Tengah adalah Jalur Sutra perdagangan dari Cina ke Eropa. Jadi, peradab annya sangat berkembang, jelas Muchlis.