Jumat 15 Mar 2019 20:47 WIB

Profesi Amil Ziswaf yang Kurang Diminati Generasi Muda

Potensi wakaf besar namun harus dikelola amil dengan SDM unggul.

Rep: Iit Septyaningsih / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Wakaf
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Wakaf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Profesi amil dalam lembaga pengola zakat, infak, sedekah, dan wakaf merupakan profesi pilihan dan bukan pelarian. Kendati demikian, diakui minat para sarjana terhadap profesi ini masih kecil.  

"Maka itu seharusnya menjadi introspeksi buat lembaga wakaf misalnya agar punya attractiveness atau daya tarik supaya orang lulus kuliah mau ke sana," kata CEO Kubik Leadership, Jamil Azzaini, kepada Republika di Jakarta, Jumat, (15/3). 

Baca Juga

Lembaga wakaf, kata dia, perlu membangun attractiveness serta memastikan para pengelola wakaf atau nazhir mendapatkan upah layak. Dengan begitu, mereka akan bangga berprofesi sebagai nazhir. 

Lebih lanjut, kata dia, perlu banyak orang kreatif untuk mengelola wakaf. "Para pengelola wakaf harus menjadikan itu aktivitas utama bukan sampingan," tegas Jamil. 

Maka menurutnya, perlu ada pelatihan nazhir secara terstruktur dengan materi yang telah diprogram. 

"Jadi nggak asal-asalan. Perusahaan yang hebat merupakan perusahaan yang mampu mengembangkan SDM-SDM hebat," katanya. 

Baginya pengelola wakaf harus unggul. Ia menjelaskan, unggul berarti memiliki kemampuan lebih dibandingkan SDM yang mengelola perusahaan profesional.   

Nazhir pun harus berani mengambil keputusan, berani membuat terobosan, dan berani ke luar dari program biasanya. 

"Nazhir harus cepat mengambil keputusan sekaligus bermental kolaborasi pula. Hal itu karena, programnya tidak akan bisa dijalankan sendiri," jelas Jamil. 

 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement