REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi Kenneth L Jenkins pertemuannya dengan Islam membawa perubahan besar dalam hidupnya. ''Setelah memeluk Islam, saya merasa sungguh-sungguh perlu untuk membantu orang-orang yang belum mendapatkan cahaya Islam,'' ujarnya seperti dikutip dari situs Islamreligion.com.
Jauh sebelum memeluk Islam, Jenkins hidup dan dibesarkan di lingkungan yang tergolong agamis. Posisi ibunya sebagai orang tua tunggal yang juga harus menafkahi keluarga, membuat Jenkins lebih banyak berada dalam pengasuhan sang nenek yang adalah seorang pemeluk Kristen Pantekosta yang taat.
Ini membuat Jenkins kecil sudah terbiasa dengan kehidupan gereja. Komunitas gereja Pantekosta, menurutnya, sudah menjadi bagian integral dari kehidupannya sejak usia dini.
Karenanya, tak mengherankan jika di usia enam tahun, Jenkins sudah mengetahui ajaran-ajaran dalam kitab Injil yang diyakini oleh para pemeluk Kristen Pantekosta.
Tidak hanya itu, dibandingkan dengan adik laki-laki dan kakak perempuannya, Jenkins termasuk anak yang patuh. Semua ajaran yang disampaikan oleh sang nenek selalu ia laksanakan dan taati.
''Nenek selalu mengajarkan kepada saya bahwa seorang anak laki-laki yang baik akan masuk surga, sementara anak laki-laki yang nakal akan mendapatkan hukuman di neraka. Ajaran nenek inilah yang juga selalu diingatkan oleh ibu manakala saya berbuat nakal.''